Karya Michelle Phalen Head Coach - University of Pittsburgh
Atas Permintaan
Robert Ferdinand
Catatan Piet Burhanuddin: Di sebuah artikel yang ditulis sebelum ini, saya pernah menyatakan bahwa catcher adalah sebuah posisi yang sangat strategis. Dari posisinya seorang catcher dapat memandang seluruh medan lapangan permainan sehingga sangatlah pantas kalau dia diberi peran sebagai komandan di lapangan ketika mendapat giliran untuk menjadi regu yang bertahan.
Walaupun pernah bermain sebagai catcher, penulis ini (Nona Michelle Phalen) masih merasa bahwa masih banyak yang harus dipelajarinya untuk bermain di posisi catcher. Pemain lain juga banyak yang pernah menangkap bola lemparan pitcher dan banyak pula yang pernah bermain diposisi catcher, namun tidak semua orang pernah jadi atau mampu bermain sebagai catcher.
Tak ada maksud mendramatisir, penulis ini ingin menyumbangkan gagasan dan persepsinya atas pemain di posisi catcher ini. Walaupun disadari bahwa menangkap bola lemparan pitch softball tidaklah sangat misterious tetapi pandangan yang ditawarkan seyogyanya dapat membantu coach atau pemain untuk melihat sisi lain atas pemain di posisi ini.
Seorang catcher tentulah lebih daripada sebuah backstop yang memiliki lengan untuk menangkap bola ataupun seorang pemain yang semata mata hanya memberi sasaran lempar bagi pitcher. Tetapi kita tahu benar bahwa jika kita ingin menerima pendapat semacam itu, maka catcher benar benar hanya akan jadi pemain yang seperti itu saja. Diantara kita sudah pernah memiliki catcher di regu baik sebagai pemain maupun ketika bertindak sebagai coach yang hanya menangkap bola dan sesudah selesai dengan tugas itu dia keluar lapangan.
Tentu saja itu tidak cukup! Kita ingin agar catcher bertindak dan berfungsi sebagai catcher dengan segala tugas tugasnya. Siapapun akan menginginkan agar catcher bertindak juga sebagai komandan di lapangan dan mengatur permainan demi permainan. Kebanyakan coach yang dijumpai sepanjang karir penulis ini telah menggantungkan nasib regunya pada catcher yang mampu mengontrol dan mengendalikan pertandingan terutama ketika sedang bertahan. Para coach sangat perlu meluangkan banyak waktu dan tenaga jika ingin agar catchernya bertindak sesuai dengan keinginan itu.
Coach harus meluangkan banyak waktu melatih dan mengajar catcher catchernya untuk menjalankan peran yang penting itu. Jika coach tidak melakukannya selama latihan, maka dia tidak berhak menuntut agar catcher berfungsi baik di pertandingan yang sesungguhnya. Bukankah kita juga melatih dan mengajari pemain pemain di posisi lain. Kita juga harus melatih, mengajari dan memberi petunjuk kepada para coach juga.
Cuma mujizat saja yang memungkinkan seorang catcher dapat melempar ke base2 jika coach tidak pernah memberinya perbekalan pelajaran dan latihan agar dia dapat menjalankan gerak mekanik yang benar untuk melepas bola ke base2. Demikian pula, catcher tidak mungkin dapat menjalankan permainan permainan di plate jika coach tidak pernah melatih dan memberi pelajaran cara bermain dan gerakan gerakan yang diperlukan apalagi pada situasi pertandingan yang sebenarnya.
Pada situasi yang genting, siapa yang mungkin dapat menjaga semangat dan kekompakan tim – pemain itu tentulah catcher. Berilah dia peluang untuk mengasah kemampuan dengan banyak latihan – jangan sampai mengabaikan kepemimpinan di lapangan jadi terbengkalai. Sesuatu yang tampak sangat mudah dilakukan seperti meminta jeda waktu (time) di sebuah inning kadang kadang tidak gampang dilakukan seorang catcher … memilih waktu yang tepat (timing) dapat jadi persoalan disini.
Bukankah dapat dikerjakan catcher secara instingtif? Banyak coach menginginkan catchernya memiliki insting itu tetapi pelatih tidak sepatutnya berharap catcher atau pemain lain mempelajarinya di sebuah pertandingan. Tentulah lebih baik jika coach memberi pelajaran pemilihan waktu yang tepat itu pada sesi sesi latihan. Jika pemain tidak terlatih untuk keluar dari sebuah situasi dibawah tekanan, bagaimana mungkin catcher itu belajar mengatasinya?
Boleh jadi ada segelintir pemain yang tidak pernah menghadapi sebuah paruh inning yang buruk, tetapi lebih banyak dari kita pernah mengalaminya. Kita memang perlu mempersiapkan pemain untuk menghadapi realitas di pertandingan pertandingan. Catcher harus mampu menghadapi situasi buruk dengan baik dan mengendalikannya dengan sebaik baiknya sehingga terhindar dari sebuah inning yang berakibat kekalahan bagi regunya. Biasanya kejadian itu adalah akibat salah satu inning pertahanan yang dilakukan buruk. Catcher harus mampu ambil alih kendali dan menenangkan para pemain diregunya …… jika diijinkan pelatihnya.
Yang dikehendaki tentulah agar pitcher, para infielder dan juga outfielder mempercayai catcher termasuk juga keputusan yang dibuatnya. Tetapi itu tak akan terjadi kecuali catcher itu sudah dilatih untuk menangani situasi yang dihadapinya dipertandingan.
Bagaimana cara menjadikan catcher itu menjelma jadi cacther yang sejati? Catcher itu harus menjalankan peran ke-catcher-annya dan sekaligus bertindak sebagai catcher yang sejati. Sedikitnya dia harus berpura pura dahulu sampai dia memang mampu melakukannya. Itulah cara agar para pemain lainnya dapat mengikuti pola pikir catcher. Biarkan catcher melakukannya, dorong mereka untuk mengambil insiatip, perkuatlah kemampuannya lewat latihan latihan keras hingga akhirnya mereka dapat melakukannya dengan baik. Biarkan dan merdekakan mereka untuk berperan sebagai catcher – dukung hal hal yang mereka lakukan dengan benar dan perbaikilah kinerja mereka yang masih belum sempurna. Biarkan mereka bermain dan dengan sedikit dorongan dan arahan mudah mudahan mereka dapat menjadi pemimpin yang sejati yang didambakan pelatih.
Pelatih pernah mendapatkan pemain yang tak kunjung mengerti kapan waktunya untuk minta jeda waktu, tetapi berangsur angsur dia mulai paham dan akhirnya dia tahu juga bahwa dia dapat minta jeda waktu (time)!
Sebagai pelatih, dia wajib berupaya keras untuk membina para pemain dan mereka harus mengerti betul apa peran mereka masing masing di tim baik di lapangan maupun diluar lapangan. Berilah mereka perlengkapan agar mereka berhasil – sediakanlah waktu yang cukup untuk mengajari mereka segala sesuatu yang diperlukannya.
Kita acap kali menyaksikan para pelatih yang mengatur dan mengendalikan pertandingan dan mengambil alih tugas catcher dari bangku tempat duduknya. Kita yakin dia telah merampas peran pemain dengan cara itu. Memberi pelajaran kepada pemain bagaimana cara mengecoh dan mengalahkan batter seharusnya menjadi bagian melatih pemain di posisi itu. Kita akan mendapatkan cukup kesenangan dari tantangan yang acap menggairahkan pelatih untuk memberi pelajaran dan melatih catcher.
Bukan tidak mungkin catcher dapat diajari seni bagaimana cara mengecoh dan mengalahkan batter. Sangat disadari bahwa kita juga dapat membuat kesalahan dan bahwa hitter yang baik mungkin saja dapat menyembunyikan keunggulannya dan menutupi kelemahannya ketika dia memasuki box untuk batter. Tetapi pemain pemain itu akhirnya dapat belajar dari kesalahan yang telah dan pernah dibuatnya.
Jangan rampas kesenangan dan kegembiraan bermain dari para catcher maupun tanggung jawab yang dipikulnya. Sediakan waktu latihan agar mereka mampu mengatur dan mengendalikan permainan. Cara ini amat sangat disarankan jika pelatih bersedia meluangkan waktu ketika sesi latihan. Mulailah dengan mengambil tempat di belakang catcher ketika sedang ada permainan (scrimmage). Tentu saja pelatih harus cukup melindungi dirinya dengan pelbagai cara ketika berada di dekat/ di belakang catcher sehingga pelatih dapat melihat apa yang telah dilakukan dan dikerjakan catcher, bagaimana cara dia bersiap, lemparan pitch mana yang baik sekaligus pelatih dapat memberi umpan balik kepada catcher selama permainan itu berjalan. Tanyakan mengapa dia minta lemparan pitch tertentu menghadapi batter tertentu, sarankan jenis pitch tertentu bagi batter tertentu dan jelaskan alasannya. Pelatih disarankan memilih jenis pitch yang persentase masuk strikenya tinggi. Upayakan untuk selalu unggul hitungan (lebih banyak strike daripada balls). Batter harus selalu mendapat tekanan dari mulai lemparan pitch yang pertama.
Pelatih juga disarankan untuk pada awalnya memanfaatkan keunggulan pitcher dan baru mulai memanfaatkan kelemahan batter ketika giliran pukul itu mulai berjalan. Memang kedengarannya sebagai prinsip yang sangat mendasar, tapi mari kita analisa kebijakan itu lebih rinci. Sebagai contoh, jika pitcher memiliki senjata utama lemparan curveball dan change-up, maka disarankan agar catcher minta lemparan terbaik pitcher dimanapun batter itu berdiri dan bagaimanapun sikap pukulnya. Berawal dari situ, baru kita perhatikan bagaimana sikap siap pukulnya, dimana di box dia mengambil posisi. Jika batter mengambil posisi tutp (closed ) maka sebaiknya di mendapat lemparan ke sebalah dalam setinggi lutut atau setinggi tangannya. Tentukan sasaran itu berdasarkan kemampuan pitcher untuk mengenai sasaran itu. Mintalah jenis lemparan yang lokasinya secara konsisten dapat dikenai oleh pitcher.
Kecepatan laju bola memang hebat tetapi kecermatan sasaran juga tidak kurang penting bahkan lebih penting. Ada dogma lemparan yang berbuyni TIGA L: lokasi, lokasi, dan lokasi. Jika batter mengambil sikap siap pukul yang terbuka (open stance), sebaiknya dia diberi umpan lemparan pitch yang off-speed yang menjauhinya atau curveballs rendah yang juga menjauhinya. Selalu siap menyesuaikan penilaian atas batter. Carilah bagaimana batter menanggapi putusan umpire yang menyatakan pitch yang melintas di sudut plate sebagai strike. Jika batter menunjukkan rasa kurang senang atas putusan umpire itu, cobalah lagi memberinya lemparan yang serupa tetapi lebih jauh keluar atau lebih ke dalam. Hitter terbaik sekalipun akan menunjukkan kelemahannya jika diperhatikan dengan baik. Kadang kadang dari tempat duduknya coach dapat melihat batter menurunkan tangan sebelum mengayun (hitching) dengan lebih baik daripada catchernya. Jika demikian berilah tanda kepada catcher untuk meminta jenis dan lokasi pitch berikutnya. Hitter yang “menerkam” (disebut “lunging” karena kekurangan kesabaran) akan mendapat masalah dengan lemparan pitch yang off speed atau bola bola dengan gerak patahan (breaking balls) yang bergerak naik atau menurun. Hitter yang menurunkan tangannya sebelum mengayun akan sulit memukul bola pitch ke sebalah dalam dan bola strike yang tinggi. Walaupun dia berhasil memukul bola ke permainan, kebanyakan yang terjadi ialah pukulannya melambung atau ketanah yang mudah ditangani fielder. Batter yang berdiri di bagian belakang box (mendekati catcher) umumnya akan sulit memukul bola yang memiliki gerak patahan menurun atau naik. Batter yang berdiri di bagian depan box akan sulit memukul bola off speed yang diarahkan ke atas dan ke dalam atau yang diarahkan rendah dan menjauhinya. Batter yang ketika mengayun membuka bahu depannya akan membuat pukulan lemah kalau mendapat bola pitch yang rendah dan keluar (low outside). Namun harus diingat selalu bahwa akan ada pengecualian pengecualian – kita mempertaruhkan diri pada angka atau kejadian yang paling sering terjadi di lapangan.
Bagaimana mengumpan lemparan pitch kepada batter yang gemar membuat pukulan tabok (slap hitter)? Apa yang harus diminta catcher pada pitcher yang hanya dapat melempar curve yang berbelok ke dalam menghadapi pemukul kidal? Jika lemparan pitch dapat dilempar masuk strike kepada batter pemukul kanan, maka juga akan efektip jika dilempar kepada batter slapper yang kidal. Banyak pemukul slapper yang tdak melihatnya sebagai strike atau dia akan memukul langsung ke glove penjaga base3 yang seyogyanyanya sudah siap. Lemparan pitch yang menurun (drops) ke sebelah dalam pemukul slapper akan cukup ampuh selain juga bola pitch rise ball/screw balls ke arah luar juga cukup manjur. Kuncinya adalah agar mengkombinasikan lemparan terbaik pitcher dengan kelemahan batter. Pemukul slapper juga akan menunjukkan kelemahan dan kekurangannya seperti juga ditunjukkan oleh pemukul biasa. Perhatikan cara dia melakukan pendekatan pada bola. Umumnya pemukul slapper gentar akan bola yang ditujukan mendekati dia. Pernah juga tampak bola pitch yang off speed kepada “run-up hitter” (Maaf! Penyadur penterjemah tidak paham arti istilah ini, karena itu tidak diterjemahkan) yang terbukti efektip namun banyak pelatih yang gentar memberi lemparan pitch off speed kepada hitter yang dapat menyeret bat (drag) dan juga memiliki kecepatan lari. Pada situasi pukulan ketok (bunt), pelatih juga tidak menyarankan melempar pitch change-up karena batter akan dapat dengan mudah mengetokkannya ke daerah fair. Alasan utama untuk menyerahkan pengaturan pertandingan kepada catcher ialah catcher akan dapat memainkan posisinya dengan lebih baik. Hanya catcher yang lebih mengetahui zona strikenya umpire – mana yang ke luar, mana ke dalam, tinggi maupun rendah. Catcher juga dapat melihat putaran bola dan dapat memberi tahu pelatih mengapa lemparan pitch yang terpukul melewati pagar centerfield. Apakah bola itu tidak membuat belokan atau lokasi lemparan yang salah atau ada kesalahan catcher sendiri yang telah meminta lemparan pitch yang keliru. Jangan salah! Siapapun dapat berbuat dan bertindak keliru. Jangan juga dilupakan bahwa pitcher berhak menggelengkan kepalanya tanda tak sepakat dengan permintaan catcher. Apakah mungkin pitcher itu akan tak sepakat jika permintaan jenis dan lokasi lemparan pitch datangnya dari pelatihnya? Jadi biarkanlah catcher yang mengatur pertandingan. Itulah sebuah proses pembelajaran dan juga sekaligus membangun hubungan pitcher/catcher yang lebih baik. Menurut taksiran penulis artikel ini, itulah bagian utama rencana pertahanan tim. Yang dikehendaki adalah agar setiap pemain belajar cara memainkan atau bermain di posisinya masing masing yang juga mencakup posisi catcher. Mengatur pertandingan pertahanan adalah bagian tanggung jawab utama posisi seorang cacther.
Ajarkan pula cara memblok bola lalu atur latihan untuk melakukannya dengan perlengkapan perlindungan yang secukup dan selengkapnya ketika berlatih menangkap lemparan pitch. Perhatikanlah agar mereka menggulingkan kedua belah bahunya ke depan dan mempertahankan kedua tangannya berada di dekat tubuh ketika memblok bola. Setelah itu perkuat lagi tehniknya selama sesi latihan. Ajarkan cara mengambil siap tangkap dan menangkap bola pitch dan cara melakukan permainan untuk mentag pelari di kawasan plate. Ajarkan agar dia memegang bola dengan tangan lempar seraya dilindungi dengan glove agar tidak terjatuh ketika terjadi tubrukan. Satu hal lagi yang harus diingat agar catcher tetap tinggal di home. Biarkan pelari yang mendatanginya. Jangan mengulurkan tangan untuk melakukan tag kecuali jika perlu benar. Pelari yang melakukan slide akan membuat catcher tampak bodoh jika dia mengejar pelari. Perkuat dengan latihan menjalankan permainan di kawasan plate. Selain itu ulangi lagi pelajaran tentang mengambil siakp siap tangkap dan apa saja yang diharapkan dari seorang catcher kalau ada force play di home. Hal semacam itu tampaknya tidak pernah terjadi dengan lancar dalam pertandingan seperti yang dikehendaki, jadi harus dilatih berkali kali.
Penulis ini baru memulai programnya hanya baru baru ini saja dan dia mengakui ternyata bukan hal yang mudah untuk melakukannya. Yang terbaik yang telah dia lakukan ialah keberhasilan mengajari pemain pemainnya untuk bertindak sesuai dengan keinginan pelatih penulis ini ketika bermain di lapangan. Memang bukan perkara gampang tetapi para pemain itu menjalankan perannya masing masing dengan baik. Kita mengajarkan hal hal baru kepada pemain – kita ambil seorang infielder yang mungkin dapat dijadikan outfielder atau seorang pitcher boleh jadi dapat dijadikan seorang penjaga base1. Jika itu dapat terjadi, kita lalu juga harus yakin pula bahwa kita dapat menjadikan seorang catcher untuk menjadi catcher yang sejati. Apapun mungkin dikerjakan walaupun akan perlu waktu dan kebulatan tekad, namun hal itu bisa terjadi.