Minggu, 14 November 2010

Peran Catcher Softball

Karya Michelle Phalen Head Coach - University of Pittsburgh

Atas Permintaan
Robert Ferdinand

Catatan Piet Burhanuddin: Di sebuah artikel yang ditulis sebelum ini, saya pernah menyatakan bahwa catcher adalah sebuah posisi yang sangat strategis. Dari posisinya seorang catcher dapat memandang seluruh medan lapangan permainan sehingga sangatlah pantas kalau dia diberi peran sebagai komandan di lapangan ketika mendapat giliran untuk menjadi regu yang bertahan.

Walaupun pernah bermain sebagai catcher, penulis ini (Nona Michelle Phalen) masih merasa bahwa masih banyak yang harus dipelajarinya  untuk bermain di posisi catcher. Pemain lain juga banyak yang pernah menangkap bola lemparan pitcher dan banyak pula yang pernah bermain diposisi catcher, namun tidak semua orang pernah jadi atau mampu bermain sebagai catcher.

Tak ada maksud mendramatisir, penulis ini ingin menyumbangkan gagasan dan persepsinya atas pemain di posisi catcher ini. Walaupun disadari bahwa menangkap bola lemparan pitch softball tidaklah sangat misterious tetapi pandangan yang ditawarkan seyogyanya dapat membantu coach atau pemain untuk melihat sisi lain atas pemain di posisi ini.

Seorang catcher tentulah lebih daripada sebuah backstop yang memiliki lengan untuk menangkap bola ataupun seorang pemain yang semata mata hanya memberi sasaran lempar bagi pitcher. Tetapi kita tahu benar bahwa jika kita ingin menerima pendapat semacam itu, maka catcher benar benar hanya akan jadi pemain yang seperti itu saja. Diantara kita sudah pernah memiliki catcher di regu baik sebagai pemain maupun ketika bertindak sebagai coach yang hanya menangkap bola dan sesudah selesai dengan tugas itu dia keluar lapangan.

Tentu saja itu tidak cukup! Kita ingin agar catcher bertindak dan berfungsi sebagai catcher dengan segala tugas tugasnya. Siapapun akan menginginkan agar catcher bertindak juga sebagai komandan di lapangan dan mengatur permainan demi permainan. Kebanyakan coach yang dijumpai sepanjang karir penulis ini telah menggantungkan nasib regunya pada catcher yang mampu mengontrol dan mengendalikan pertandingan terutama ketika sedang bertahan. Para coach sangat perlu meluangkan banyak waktu dan tenaga jika ingin agar catchernya bertindak sesuai dengan keinginan itu.

Coach harus meluangkan banyak waktu melatih dan mengajar catcher catchernya untuk menjalankan peran yang penting itu. Jika coach tidak melakukannya selama latihan, maka dia tidak berhak menuntut agar catcher berfungsi baik di pertandingan yang sesungguhnya. Bukankah kita juga melatih dan mengajari pemain pemain di posisi lain. Kita juga harus melatih, mengajari dan memberi petunjuk kepada para coach juga.

Cuma mujizat saja yang memungkinkan seorang catcher dapat melempar ke base2 jika coach tidak pernah memberinya perbekalan pelajaran dan latihan agar dia dapat menjalankan gerak mekanik yang benar untuk melepas bola ke base2. Demikian pula, catcher tidak mungkin dapat menjalankan permainan permainan di plate jika coach tidak pernah melatih dan memberi pelajaran cara bermain dan gerakan gerakan yang diperlukan apalagi pada situasi pertandingan yang sebenarnya.

Pada situasi yang genting, siapa yang mungkin dapat menjaga semangat dan kekompakan tim – pemain itu tentulah catcher. Berilah dia peluang untuk mengasah kemampuan dengan banyak latihan – jangan sampai mengabaikan kepemimpinan di lapangan jadi terbengkalai. Sesuatu yang tampak sangat mudah dilakukan seperti meminta jeda waktu (time) di sebuah inning kadang kadang tidak gampang dilakukan seorang catcher … memilih waktu yang tepat (timing)  dapat jadi persoalan disini.

Bukankah dapat dikerjakan catcher secara instingtif? Banyak coach menginginkan catchernya memiliki insting itu tetapi pelatih tidak sepatutnya berharap catcher atau pemain lain mempelajarinya di sebuah pertandingan. Tentulah lebih baik jika coach memberi pelajaran pemilihan waktu yang tepat itu pada sesi sesi latihan. Jika pemain tidak terlatih untuk keluar dari sebuah situasi dibawah tekanan, bagaimana mungkin catcher itu belajar mengatasinya?

Boleh jadi ada segelintir pemain yang tidak pernah menghadapi sebuah paruh inning yang buruk, tetapi lebih banyak dari kita pernah mengalaminya. Kita memang perlu mempersiapkan pemain untuk menghadapi realitas di pertandingan pertandingan. Catcher harus mampu menghadapi situasi buruk dengan baik dan mengendalikannya dengan sebaik baiknya sehingga terhindar dari sebuah inning yang berakibat kekalahan bagi regunya. Biasanya kejadian itu adalah akibat salah satu inning pertahanan yang dilakukan buruk. Catcher harus mampu ambil alih kendali dan menenangkan para pemain diregunya …… jika diijinkan pelatihnya.

Yang dikehendaki tentulah agar pitcher, para infielder dan juga outfielder mempercayai catcher termasuk juga keputusan yang dibuatnya. Tetapi itu tak akan terjadi kecuali catcher itu sudah dilatih untuk menangani situasi yang dihadapinya dipertandingan.

Bagaimana cara menjadikan catcher itu menjelma jadi cacther yang sejati? Catcher itu harus menjalankan peran ke-catcher-annya dan sekaligus bertindak sebagai catcher yang sejati. Sedikitnya dia harus berpura pura dahulu sampai dia memang mampu melakukannya. Itulah cara agar para pemain lainnya dapat mengikuti pola pikir catcher. Biarkan catcher melakukannya, dorong mereka untuk mengambil insiatip, perkuatlah kemampuannya lewat latihan latihan keras hingga akhirnya mereka dapat melakukannya dengan baik. Biarkan dan merdekakan mereka untuk berperan sebagai catcher – dukung hal hal yang mereka lakukan dengan benar dan perbaikilah kinerja mereka yang masih belum sempurna. Biarkan mereka bermain dan dengan sedikit dorongan dan arahan mudah mudahan mereka dapat menjadi pemimpin yang sejati yang didambakan pelatih.
Pelatih pernah mendapatkan pemain yang tak kunjung mengerti kapan waktunya untuk minta jeda waktu, tetapi berangsur angsur dia mulai paham dan akhirnya dia tahu juga bahwa dia dapat minta jeda waktu (time)!
Sebagai pelatih, dia wajib berupaya keras untuk membina para pemain dan mereka harus mengerti betul apa peran mereka masing masing di tim baik di lapangan maupun diluar lapangan. Berilah mereka perlengkapan agar mereka berhasil – sediakanlah waktu yang cukup untuk mengajari mereka segala sesuatu yang diperlukannya.

Kita acap kali menyaksikan para pelatih yang mengatur dan mengendalikan pertandingan dan mengambil alih tugas catcher dari bangku tempat duduknya. Kita yakin dia telah merampas peran pemain dengan cara itu. Memberi pelajaran kepada pemain bagaimana cara mengecoh dan mengalahkan batter seharusnya menjadi bagian melatih pemain di posisi itu. Kita akan mendapatkan cukup kesenangan dari tantangan yang acap menggairahkan pelatih untuk memberi pelajaran dan melatih catcher.
Bukan tidak mungkin catcher dapat diajari seni bagaimana cara mengecoh dan mengalahkan batter. Sangat disadari bahwa kita juga dapat membuat kesalahan dan bahwa hitter yang baik mungkin saja dapat menyembunyikan keunggulannya dan menutupi kelemahannya ketika dia memasuki box untuk batter. Tetapi pemain pemain itu akhirnya dapat belajar dari kesalahan yang telah dan pernah dibuatnya.

Jangan rampas kesenangan dan kegembiraan bermain dari para catcher maupun tanggung jawab yang dipikulnya. Sediakan waktu latihan agar mereka mampu mengatur dan mengendalikan permainan. Cara ini amat sangat disarankan jika pelatih bersedia meluangkan waktu ketika sesi latihan. Mulailah dengan mengambil tempat di belakang catcher ketika sedang ada permainan (scrimmage). Tentu saja pelatih harus cukup melindungi dirinya dengan pelbagai cara ketika berada di dekat/ di belakang catcher sehingga pelatih dapat melihat apa yang telah dilakukan dan dikerjakan catcher, bagaimana cara dia bersiap, lemparan pitch mana yang baik sekaligus pelatih dapat memberi umpan balik kepada catcher selama permainan itu berjalan. Tanyakan mengapa dia minta lemparan pitch tertentu menghadapi batter tertentu, sarankan jenis pitch tertentu bagi batter tertentu dan jelaskan alasannya. Pelatih disarankan memilih jenis pitch yang persentase masuk strikenya tinggi. Upayakan untuk selalu unggul hitungan (lebih banyak strike daripada balls). Batter harus selalu mendapat tekanan dari mulai lemparan pitch yang pertama.

Pelatih juga disarankan untuk pada awalnya memanfaatkan keunggulan pitcher dan baru mulai memanfaatkan kelemahan batter ketika giliran pukul itu mulai berjalan. Memang kedengarannya sebagai prinsip yang sangat mendasar, tapi mari kita analisa kebijakan itu lebih rinci. Sebagai contoh, jika pitcher memiliki senjata utama lemparan curveball dan change-up, maka disarankan agar catcher minta lemparan terbaik pitcher dimanapun batter itu berdiri dan bagaimanapun sikap pukulnya. Berawal dari situ, baru kita perhatikan bagaimana sikap siap pukulnya, dimana di box dia mengambil posisi. Jika batter mengambil posisi tutp (closed ) maka sebaiknya di mendapat lemparan ke sebalah dalam setinggi lutut atau setinggi tangannya. Tentukan sasaran itu berdasarkan kemampuan pitcher untuk mengenai sasaran itu. Mintalah jenis lemparan yang lokasinya secara konsisten dapat dikenai oleh pitcher.

Kecepatan laju bola memang hebat tetapi kecermatan sasaran juga tidak kurang penting bahkan lebih penting. Ada dogma lemparan yang berbuyni TIGA L: lokasi, lokasi, dan lokasi. Jika batter mengambil sikap siap pukul yang terbuka (open stance), sebaiknya dia diberi umpan lemparan pitch yang off-speed yang menjauhinya atau curveballs rendah yang juga menjauhinya. Selalu siap menyesuaikan penilaian atas batter. Carilah bagaimana batter menanggapi putusan umpire yang menyatakan pitch yang melintas di sudut plate sebagai strike. Jika batter menunjukkan rasa kurang senang atas putusan umpire itu, cobalah lagi memberinya lemparan yang serupa tetapi lebih jauh keluar atau lebih ke dalam. Hitter terbaik sekalipun akan menunjukkan kelemahannya jika diperhatikan dengan baik. Kadang kadang dari tempat duduknya coach dapat melihat batter menurunkan tangan sebelum mengayun (hitching) dengan lebih baik daripada catchernya. Jika demikian berilah tanda kepada catcher untuk meminta jenis dan lokasi pitch berikutnya. Hitter yang “menerkam” (disebut “lunging” karena kekurangan kesabaran) akan mendapat masalah dengan lemparan pitch yang off speed atau bola bola dengan gerak patahan (breaking balls) yang bergerak naik atau menurun. Hitter  yang menurunkan tangannya sebelum mengayun akan sulit memukul bola pitch ke sebalah dalam dan bola strike yang tinggi. Walaupun dia berhasil memukul bola ke permainan, kebanyakan yang terjadi ialah pukulannya melambung atau ketanah yang mudah ditangani fielder. Batter yang berdiri di bagian belakang box (mendekati catcher) umumnya akan sulit memukul bola yang memiliki gerak patahan menurun atau naik. Batter yang berdiri di bagian depan box akan sulit memukul bola off speed yang diarahkan ke atas dan ke dalam atau yang diarahkan rendah dan menjauhinya. Batter yang ketika mengayun membuka bahu depannya akan membuat pukulan lemah kalau mendapat bola pitch yang rendah dan keluar (low outside). Namun harus diingat selalu bahwa akan ada pengecualian pengecualian – kita mempertaruhkan diri pada angka atau kejadian yang paling sering terjadi di lapangan.

Bagaimana mengumpan lemparan pitch kepada batter yang gemar membuat pukulan tabok (slap hitter)? Apa yang harus diminta catcher pada pitcher yang hanya dapat melempar curve yang berbelok ke dalam menghadapi pemukul kidal? Jika lemparan pitch dapat dilempar masuk strike kepada batter pemukul kanan, maka juga akan efektip jika dilempar kepada batter slapper yang kidal. Banyak pemukul slapper yang tdak melihatnya sebagai strike atau dia akan memukul langsung ke glove penjaga base3 yang seyogyanyanya sudah siap. Lemparan pitch yang menurun (drops) ke sebelah dalam pemukul slapper akan cukup ampuh selain juga bola pitch rise ball/screw balls ke arah luar juga cukup manjur. Kuncinya adalah agar mengkombinasikan lemparan terbaik pitcher dengan kelemahan batter. Pemukul slapper juga akan menunjukkan kelemahan dan kekurangannya seperti juga ditunjukkan oleh pemukul biasa. Perhatikan cara dia melakukan pendekatan pada bola. Umumnya pemukul slapper gentar akan bola yang ditujukan mendekati dia. Pernah juga tampak bola pitch yang off speed kepada “run-up hitter” (Maaf! Penyadur penterjemah tidak paham arti istilah ini, karena itu tidak diterjemahkan) yang terbukti efektip namun banyak pelatih yang gentar memberi lemparan pitch off speed kepada hitter yang dapat menyeret bat (drag) dan juga memiliki kecepatan lari. Pada situasi pukulan ketok (bunt), pelatih juga tidak menyarankan melempar pitch change-up karena batter akan dapat dengan mudah mengetokkannya ke daerah fair. Alasan utama untuk menyerahkan pengaturan pertandingan kepada catcher ialah catcher akan dapat memainkan posisinya dengan lebih baik. Hanya catcher yang lebih mengetahui zona strikenya umpire – mana yang ke luar, mana ke dalam, tinggi maupun rendah. Catcher juga dapat melihat putaran bola dan dapat memberi tahu pelatih mengapa lemparan pitch yang terpukul melewati pagar centerfield. Apakah bola itu tidak membuat belokan atau lokasi lemparan yang salah atau ada kesalahan catcher sendiri yang telah meminta lemparan pitch yang keliru. Jangan salah! Siapapun dapat berbuat dan bertindak keliru. Jangan juga dilupakan bahwa pitcher berhak menggelengkan kepalanya tanda tak sepakat dengan permintaan catcher. Apakah mungkin pitcher itu akan tak sepakat jika permintaan jenis dan lokasi lemparan pitch datangnya dari pelatihnya? Jadi biarkanlah catcher yang mengatur pertandingan. Itulah sebuah proses pembelajaran  dan juga sekaligus membangun hubungan pitcher/catcher yang lebih baik. Menurut taksiran penulis artikel ini, itulah bagian utama rencana pertahanan tim. Yang dikehendaki adalah agar setiap pemain belajar cara memainkan atau bermain di posisinya masing masing yang juga mencakup posisi catcher. Mengatur pertandingan pertahanan adalah bagian tanggung jawab utama posisi seorang cacther.

Ajarkan pula cara memblok bola lalu atur latihan untuk melakukannya dengan perlengkapan perlindungan yang secukup dan selengkapnya ketika berlatih menangkap lemparan pitch. Perhatikanlah agar mereka menggulingkan kedua belah bahunya ke depan dan mempertahankan kedua tangannya berada di dekat tubuh ketika memblok bola. Setelah itu perkuat lagi tehniknya selama sesi latihan. Ajarkan cara mengambil siap tangkap dan menangkap bola pitch dan cara melakukan permainan untuk mentag pelari di kawasan plate. Ajarkan agar dia memegang bola dengan tangan lempar seraya dilindungi dengan glove agar tidak terjatuh ketika terjadi tubrukan. Satu hal lagi yang harus diingat agar catcher tetap tinggal di home. Biarkan pelari yang mendatanginya. Jangan mengulurkan tangan untuk melakukan tag kecuali jika perlu benar. Pelari yang melakukan slide akan membuat catcher tampak bodoh jika dia mengejar pelari. Perkuat dengan latihan menjalankan permainan di kawasan plate. Selain itu ulangi lagi pelajaran tentang mengambil siakp siap tangkap dan apa saja yang diharapkan dari seorang catcher kalau ada force play di home. Hal semacam itu tampaknya tidak pernah terjadi dengan lancar dalam pertandingan seperti yang dikehendaki, jadi harus dilatih berkali kali.

Penulis ini baru memulai programnya hanya baru baru ini saja dan dia mengakui ternyata bukan hal yang mudah untuk melakukannya. Yang terbaik yang telah dia lakukan ialah keberhasilan mengajari pemain pemainnya untuk bertindak sesuai dengan keinginan pelatih penulis ini ketika bermain di lapangan. Memang bukan perkara gampang tetapi para pemain itu menjalankan perannya masing masing dengan baik. Kita mengajarkan hal hal baru kepada pemain – kita ambil seorang infielder yang mungkin dapat dijadikan outfielder atau seorang pitcher boleh jadi dapat dijadikan seorang penjaga base1. Jika itu dapat terjadi, kita lalu juga harus yakin pula bahwa kita dapat menjadikan seorang catcher untuk menjadi catcher yang sejati. Apapun mungkin dikerjakan walaupun akan perlu waktu dan kebulatan tekad, namun hal itu bisa terjadi.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Pegangan Bola Untuk Pitching – Cara Menggenggam Dan Melempar Pelbagai Macam Lemparan Pitch Baseball
Oleh Steven Ellis, mantan profesional pitcher Chicago Cubs




Lemparan pitch yang benar berawal dari cara memegang bola baseball yang tepat. Berikut ini beberada cara pegangan bola yang paling umum dipakai para pitcher dan bagaimana gerakan lemparan pitch itu dilemparkan oleh pitcher pitcher tingkat sekolah tinggi dan di klub profesional.
Gunakanlah cara memegang bola berikut beserta uraian dan gambar berikut ini sebagai panduan mendapatkan cara menggenggam bola yang lebih baik.





Cara Menggenggam Dan Melempar Bola Fastball Empat Jahitan
Fastball empat jahitan
Untuk mendapatkan pegangan fastball empat jahitan, posisikan jari telunjuk dan jari tengah melintang jahitan bola baseball. Jahitan berbentuk sepatu/tapal kuda menghadap ke arah jari tengah dari tangan lempar (lihat gambar). Disebut jahitan tapal kuda karena memang bentuknya sangat mirip bentuk lengkungan tapal kuda.
Setelah itu, tempatkan jari jempol tepat di bawah bola, ditempat yang tidak berjahit (seperti pada gambar). Sebaiknya jari jempol bersinggungan tepat dengan bagian tengah bentuk jahitan tapal kuda yang di bawah bola.
Genggam dengan “lembut”, seakan akan menggenggam sebutir telur menggunakan ujung jari. Seharusnya akan ada celah antara bola dengan telapak tangan (lihat gambar tengah). Itulah kunci melempar fastball empat jahitan yang bagus dan kencang yang akan mencipta-kan putaran bola ke belakang serta kelajuan layang bola yang maksimal. Pegangan yang kendor itu meminimkan gesekan antara bola dengan tangan pitcher. Semakin kecil gesekan, maka tentu saja bola akan dapat semakin cepat lepas dari tangan lempar.
Apakah lemparan fastball empat jahitan cenderung melayang naik ke atas?
“Tidak akan” Begitu menurut Bill James, pengarang buku “The Neyer/James Guide to Pitchers.” “Kecuali jika dilempar dengan lintas ayunan lengan lempar dari bawah, fastball tidak akan pernah dapat melayang meluncur naik. Namun jika lemparan fastball dengan lintas ayun lengan lempar dari atas dilakukan dengan cukup tenaga, ia akan tampak seakan akan menanjak naik, karena ia tidak menurun setajam yang diperkirakan batter di dalam benaknya"

Cara Menggenggam Dan Melempar Fastball Dua Jahitan
Fastball dua jahitan
Fastball dua jahitan, sama seperti ‘sinker’ (tukik) atau ‘cutter’ (fastball potong), dipegang agak lebih erat dan lebih dalam daripada fastball empat jahitan. Lemparan jenis ini acap diperkirakan sebagai sebuah lemparan yang mengandung gerak patahan atau belokan yang berbeda dengan fastball empat jahitan yang terutama dipandang sebagai lemparan pitch lurus.
Ketika akan melempar fastball dua jahitan, jari telunjuk dan jari tengah diletakkan langsung di atas jahitan bola yang jarak keduanya paling dekat (lihat gambar).
Kemudian, jari jempol diletakkan persis dibawah bola bertentangan dengan posisi telunjuk dan jari tengah – di antara kedua jahitan (lihat gambar paling kanan).
Sekali lagi, fastball dua jaitan digenggam agak lebih erat daripada fastball empat jahitan. Pegangan yang lebih erat itu akan menciptakan gesekan yang akan menyebabkan arah layang bola berubah – biasanya mendekat ke arah plate di sebelah lengan lempar pitcher. Lemparan ini juga akan sedikit berkurang kekencangan laju (velositas) bolanya, karena itu jika diukur maka akan ada selisih kekencangan 1 sampai 3 mil per jam lebih lambat daripada fastball empat jahitan.
Saya sendiri (Steven Ellis, penyadur) ketika main di sekolah tinggi dan sebagai pemain profesional selalu melemparfastball dua jahitan ke arah tepi plate sebelah lengan lempar sedangkan ketika melempar fastball empat jahitan, saya loempar ke arah tepi plate sebelah lengan yang memakai glove. Dengan kata lain, karena saya pelempar kanan, saya akan melempar fastball dua jahitan ke arah dalam mendekati batter kanan dan fastball empat jahitan menjauhinya. Saya sangat menyukai merasakan pegangan bola dua jahitan di dalam glove (ketika belum memasuki tahap mengambil sikap siap lempar) yang membisikan kepada bawah sadarku bahwa aku akan melempar ke sebelah dalam (inside) seorang batter.


Cara Menggenggam Dan Melempar Changeup Tiga Jari - Three Finger Changeup
Changeup Tiga Jari
Lemparan pitch changeup tiga jari adalah lemparan pitch dengan variasi kecepatan laju bola yang sangat dianjurkan dan baik untuk dipakai pitcher baseball yang masih muda dan juga baik untuk para pitcher yang tidak memiliki ukuran tangan yang besar.
Cara memegang bola untuk melempar changeup tiga jari yang efektip adalah dengan meletakkan jari manis, jari tengah dan telunjuk di bagian atas bola (seperti ditunjukkan pada gambar di atas sebelah kanan). Jari jempol dan kelingking ditempatkan di kulit ybola tidak berjahit persis di bagian bawah bola (lihat gambar tengah).
Banyak pitcher yang saya latih suka merapatkan jari jempol dan kelingkingnya sehingga keduanya bersentuhan (seperti yang tampak pada gambar tengah). Cara itu membantu mendapatkan “rasa” yang peka untuk melempar pitch yang amat penting karena lemparan jenis changeup termasuk lemparan jenis “halus” (finesse).
OK, setelah mempelajari cara menggenggam bola, peganglah bola dalam dalam di telapak tangan guna memaksimalkan gesekan tangan dan guna “melencengkan” tenaga dorong bola ketika bola dilepas dari tangan. Itu juga berguna mengurangi kecepatan laju bola lemparan. Gertak lemparan harus sama dengan gerak lempar fastball. Gerak, dan laju ayunan lengan dan segala galanya harus sama benar dengan ketika melempar fastball.
Salah satu cara membina gerakan mekanika lemparan fastball namun dengan kecepatan laju bola changeup adalah dengan berlatih melempar changeup ketika berlatih lempar jarak jauh (long toss - melempar dengan jarak lebih dari 30 meter). Lakukan lemparan fastball dan changeup ganti berganti sebanyak 20 kali lemparan beberapa kali seminggu).
Catatan: Pitcher yang sudah pengalaman dapat bereksperimen dengan “memutar balik bola” untuk menciptakan gerak tikungan bola yang lebih tajam lagi. Untuk melakukannya, pitcher memutar tangan lemparnya ke”dalam” seakan akan memberi tanda “jempol ke bawah” (thumbs down) ketika melemparkan bola pitch.


Cara Menggenggam Dan Melempar Changeup Jari Melingkar - Circle Changeup
Circle changeup
Circle changeup dan fastball empat jahitanlah yang telah mengantarkan penulis ini ke kancah baseball profesional. Kedua jenis pitch ini adalah lemparan pitch yang sangat ampuh.
Untuk melempar circle changeup, peganglah dengan jari jempol dan telunjuk yang membentuk lingkaran atau seakan akan memberi tanda “OK” dengan tangan lempar. Bola di tempatkan di tengah tengah ketiga jari yang lain (seperti tampak pada gambar tengah di atas). Bola baseball harus dirapatkan dengan nyaman dengan lingkaran jari yang terbentuk itu.
Lalu lemparkan pitch ini dengan kecepatan ayun lengan dan gerakan yang sama mekanika gerakan melempar fastball, hanya saja bola sedikit diberi putaran dengan cara melempar lingkaran jari itu ke arah sasaran atau dengan kata lain dengan melakukan putaran tangan lempar atau pronasi. Seakan akan memberi tanda jempol ke bawah dengan tangan lempar kepada seseorang berdiri di depan pitcher. Kecepatan bola akan berkurang seraya membuat gerak belokan kecil ke arah sebelah lengan lempar.
Sebuah cara yang baik untuk membina gerakan mekanika lemparan fastball namun dengan kecepatan laju bola changeup adalah dengan berlatih melempar changeup ketika berlatih lempar jarak jauh (long toss - melempar dengan jarak lebih dari 30 meter). Lakukan lemparan fastball dan changeup ganti berganti sebanyak 20 kali lemparan beberapa kali seminggu).
Cara Memegang Bola Dan Melempar Palmball
Palmball
Lemparan pitch palmball (kadang kala disebut palm ball atau changeup empat jari) adalah satu satu dari dua atau tiga variasi lemparan pitch changeup. Ia juga merupakan lemparan yang memveriasikan kecepatan laju layangan bola.
Palmball digenggam dengan “mencekik” bola dalam dalam di telapak tangan lempar dan menggenggamnya dengan ke empat jari . Boleh dikata lemparan itu adalah changeup empat jari dimana bola ditempatkan di tengah tengah tangan lempar di antara jari tengah dan jari manis.
Telunjuk dan kelingking ditempatkan dikedua sisi bola untuk menyeimbangkannya, sedangkan jempol ditempatkan tepat di bawah bola. Pada titik perlepasan bola cobalah memberinya sedikit putaran agar bergerak lebih tajam. Semakin dalam genggaman, semakin besar gesekan yang diciptakan sehingga mengurangi kecepatan laju bola.
Namun, seperti juga lemparan pitch yang memvariasikan laju bola yang lain, gerak kecepatan ayunan lengan dan keseluruhan gerak lemparan harus sama dengan gerak lemparan fastball.

Cara Memegang Bola Untuk Melempar Pitch Curveball Pemula
Curveball Pitcher Pemula
Lemparan curveball pemula merupakan lemparan yang baik dilakukanpitcher pitcher berusia belia. Pada dasarnya, lemparan pitch ini merupakan kebalikan dari lemparan pitch fastball. Putaran bola fastball mengarah dari bawah ke atas (yang disebut juga “backspin), lemparan curveball akan menghasilkan putaran bola atas bola ke bawah. Selain itu daya dorong gerak (leverage) bola diudara yang pada fastball empat jahitan berasal dari belakang bagian atas bola, maka leverage bola lempar curve berasal dari spin bagian depan bola.
Penulis ini mengajarkan pegangan curveball pemula ini kepada pitcher belia yang mulai belajar melempar curveball untuk pertama kalinya karena merasa itulah cara yang paling mudah untuk dengan benar membuat putaran bola curveball. Disamping itu, penulis juga berpendapat bahwa pegangan ini adalah pegangan yang juga baik bagi pitcher yang sudah lebih pengalaman untuk digunakannya ketika berlatih jika ia sedang menghadapi masalah membuat gerak belokan dan patahan pada bolanya.
Beginilah cara melakukannya: Genggam bola dengan merenggangkan telunjuk dari bola – seakan akan jari itu menunjuk ke sesuatu. Jari telunjuk itu dapat dipakai untuk membidikkan bola ke arah sasaran.
Setelah itu, tempatkan jari tengah di sepanjang jahitan bola sebelah bawah dan lalu tempatkan jempol di jahitan sebelah belakang (lihat gambar tengah di atas). Ketika lemparan pitch ini dilemparkan, jempol harus berputar ke atas, dan jari tengah harus membuat gerak sentakan ke bawah sementara jari telunjuk menunjuk ke arah sasaran. Itulah mengapa pegangan ini baik sekali untuk pitcher pemula: bola akan menuju arah yang ditunjukkan jari telunjuk. Curveball pemula akan membantu menyesuaikan tangan dan bola ke arah sasaran.
Perhatian: Karena pada tingkat sekolah tinggi dan pemain profesional akan mampu melihat jari telunjuk yang direnggangkan dari bola ketika pitcher bergerak melempar pitch, maka pada peringkat sekolah tinggi ke atas, lemparan curveball pemula seyogyanya tidak lagi dipakai.

Cara Memegang Bola Untuk Melempar Curveball Sejati (Straight Curveball)
Curveball Sejati
Lemparan pitch curveball sejati (atau "curveball lintas ayun lengan dari atas") adalah salah satu cara memegang bola untuk melempar pitch dengan bola yang bergerak berbelok dengan gerak patahan. Merupakan variasi curveball untuk pemula dan curveball buku jari (knuckle curveball).
Lemparan curveball sejati memerlukan penguasaan melempar curveball pemula, karena kedua jenis lemparan itu memakai prinsip yang sama benar untuk kedua macam pegangan bola itu. Tidak berarti ketika menggunakan pegangan curveball sejati, lemparan harus dilakukan sama benar dengan cara melempar curveball pemula Kendatipun banyak juga pitcher yang memulai belajar melempar curveball dengan pegangan curveball pemula. Melempar curveball pemula dapat menjadi awal belajar curveball yang bagus. Tentu saja lalu dilanjutkan dengan pegangan curveball sejati ini. Tidak ada perbedaan mendasar antara antara pegangan melempar curveball pemula dengan yang sejati kecuali penempatan jari telunjuk yang diangkat itu. Pada curveball sejati telunjuk harus diletakkan rapat dengan bola, bukan direnggangkan dan hanya dipakai untuk menunjuk sasaran.
Gerak jari jempol dilakukan menuju ke atas. Jempol diputar menuju ke atas sementara jari telunjuk dan jari tengah berputar ke bawah.
Gerak lengan mendekati akhir gerak lempar sedikit di”perpendek”. Jadi bukan dilanjutkan dengan gerak lanjut yang lengkung ayunannya panjang ke luar lutut sebelah tengan berglove sambil diperlambat (deselerasi) seperti ketika melempar fastball, pitcher seharusnya menggerakkan siku lengan lemparnya ke arah pinggul di sebelah yang berlawanan dengan tangan lemparnya. Karena itu, maka gerak lanjut (follow through) tentu saja akan menjadi lebih pendek, namun pitcher dapat benar benar membuat gerak menyentakkan memutar pergelangannya ketika melempar.

Cara Memegang Bola dan Melempar Curveball Buku Jari - Knuckle Curveball
Knuckle curveball
Variasi lain melempar curveball yang lebih maju adalah yang disebut knuckle curveball (kadang kadang juga disebut “spike curve”). Penulis ini sendiri menggunakan pegangan ini. Cara melemparnya sama dengan curveball pemula hanya saja ketika memegang bola buku jari “dilipat” dan diletakkan di atas jahitan bola. Buku jari itulah yang akan mengarah ke sasaran, buka keseluruhan jari telunjuk seperti pada lemparan curtveball pemula!
Kesulitan melempar pitch ini bukanlah pada cara melemparnya. Bahkan, banyak pitcher yang merasa bahwa cara memegang bola seperti ini akan memberi gerak putaran rotasi bola yang terbaik sehingga layangan bola bergerak sangat tajam. Namun, bagi banyak pitcher yang mencoba belajar melempar knuckle curveball untuk pertama kalinya, rata rata tidak merasa nyaman memegang bola dengan jari “terlipat”. Memang harus diakui pada awalnya tidaklah nyaman melipat jari telunjuk untuk memegang bola.
Karena itu, sangat disarankan agar pitcher yang ingin belajar melempar pitch ini meluang waktu beberapa minggu – sebaiknya ketika tidak dalam musim pertandingan – untuk belajar membiasakan diri memegang bola dengan jari telunjuk terlipat. Lakujkanlah sambil menonton televisi atau di kelas sambil mendengarkan penjelasan guru. Jika jari telunjuk sudah terbiasa dengan pegangan itu, barulah maju lagi dengan belajar membuat putaran bola yang dilempar ke seorang rekan latih.
Perhatian: Sebaiknya tidak memelihara kuku yang panjang terutama di jari telunjuk tangan lempar agar supaya lemparan pitch jenis ini dapat efektip. Kuku yang panjang akan menghambat cara memegang bola yang bagus.


Cara Memegang Bola Dan Melempar Slider
Slider
Menurut Ted Williams, slider merupakan lemparan pitch paling ampuh di dunia baseball. Memang pernyataan itu masih belum tentu benar karena banyak faktor ketergantungan yang lain, namum lemparan pitch slider memang lemparan yang sangat efektip jika dilempar pitcher yang mampu melemparnya dengan benar.
Slider adalah lemparan pitch ketiga terkencang di baseball. Nomor satu adalah fastball empat jahitan dan nomor dua fastball dua jahitan. Penting bagi pitcher, orangtuanya atau coach-nya untuk mempelajari cara memegang bola untuk melempar slider dan kemudian mempelajari tehnik melempar slider untuk menjaga dan meningkatkan keselamatan lengan lemparnya. Untuk melempar slider, bola dipegang seperti memegang bola untuk melempar fastball dua jahitan, tetapi sedikit digeser dari titik tengah bola (off-center).
Ketika melempar, usahakan agar bola dilepas dari tangan melalui sisi tangan  dari samping telunjuk di sebelah jempol. BUKAN melalui jari telunjuk dan jari tengah seperti ketika melempar fastball dua jahitan, karena jika dilepas dengan dorongan dua jari maka bola akan mendapat daya dorong berimbang sehingga kekencangan spin yang dikehendaki akan banyak berkurang. Pitcher pitcher yang piawai melempar slider kebanyakan memegang bola di dua pertiga bagian bola sebelah luar sambil mengokang pergelangan tangannya TIDAK dengan kaku ke sebelah jempol tangannya ketika melepas bola dari tangan. Dengan cara itu pitcher dapat memberi tekanan jari ke bagian luar bola dengan jari telunjuknya. Pergelangan tangan harus dihindarkan agar tidak terputar ketika melepas bola.
Tempatkan jahitan bola yang memanjang di antara telunjuk dan jari tengah, lalu tempatkan jempol di jahitan di sebelah bawah bola (seperti tampak pada gambar di atas). Ada pitcher yang merasa lebih baik menempatkan telunjuknya di sepanjang jahitan bola karena jari itulah yang menjadi pangkal tolak lemparan slider.
Kuncinya adalah pegangan bola yang dilakukan tidak pas di tengah tengah bola (di sepertiga bagian luar bola). Ingat untuk sedikit membengkokkan (mengokang) pergelangan tangan, tetapi jangan sampai pergelangan menjadi kaku. Cara itu pitcher masih dapat melakukan gerak sentakan pergelangan ketika melepas lemparan. Jika pergelangan sedikit dikokang ke arah jempol tangan lempar, maka sentakan pergelangan akan memungkinkan pitcher melepas bola dari sisi telunjuk di sebelah jempolnya, yang lalu akan memberi spin bola yang bagus.
Yang lainnya sudah mudah: Lemparan pitch ini dengan sendirinya akan jalan sendiri. Gerak belaokan bola dibangkitan dari putaran bola yang diluncurkan dari jari telunjuk yang memberinya daya dorong dari sebelh luar bola – BUKAN dari memutarkan tangan di bawah bola. Kecepatan ayun lengan lempar harus tetap sama dengan kecepatan ayunan lengan melempar fastball.

Cara memegang Bola Dan Melempar Pitch Splitter
Splitter
Lemparan fastball split-finger (kadangkala disebut splitter atau splitty) adalah lemparan pitch tingkat lanjut (advance).
Biasanya hanya dapat dilempar dengan baik oleh pitcher yang mendapat anugerah Tuhan berupa tangan yang besar. Karena lemparan ini harus melakukan pegangan bola yang didesakkan dalam dalam di tangan.  Itulah sebabnya lemparan jenis ini mendapatkan gerak bola yang menghunjam ke bawah. Jari telunjuk dan jari tengah ditempatkan di bagian luar jahitan bola yang berbentuk tapal kuda. Pegangan harus erat. Ketika melempar pitch ini, “lemparkan” pergelangan sebelah telapak tangan tepat menuju sasaran seraya menjaga telunjuk dan jari tengah terarah ke atas. Pergelangan tetap dijaga kaku.
Bruce Sutter, pitcher splitter terbaik sepanjang sejarah menganjurkan untuk menempatkan jempol tangan di jahitan bola sebelah belakang, bukan yang didepan. Cara itu akan menempatkan bola lebih ke depan daripada pegangan “fork ball”. Gerak lempar dilakukan sama dengan gerakan melempar fastball. Titik perhatian penting yang acap dilupakan ialah fastball split finger harus dilempar dengan “backspin”, sama seperti lemparan fastball dua jahitan.

Minggu, 10 Oktober 2010

DASAR HITTING

Jangan Terburu Buru, Memang Bukan Perkara Gampang
Dalam deret penyajian langkah-demi-langkah ini, slugger Albert Pujols dari St. Louis Cardinals akan mendemonstrasikan tehnik hitting.
Doug Benc/Getty Images

Bola yang berbentuk bulat – bat pemukulnya juga bulat. Padahal kita harus membuat pukulan yang telak! (square).
Itulah tantangan yang dihadapi hitter manapun juga dalam permainan baseball maupun softball. Bola datang menghampir dengan sangat kencang, acapkali sambil berkelok dan berkelit tergantung apa yang dicoba dilakukan pitcher pelemparnya, dan hitter hanya punya waktu kurang dari satu detik untuk memutuskan kemana arah ayunan, kapan, dan seberapa cepat harus mengayun. Para hitter terbaik punya pandangan mata yang bagus, gerak refleks cepat, tubuh bagian tasanya kuat dan kokoh, memiliki pandangan dan dorongan semangat tinggi untuk senantiasa menjadi lebih baik lagi.
Selain semua sifat itu, apalagi yang dibutuhkan? Tentu saja dasar dasarnya.

Sarung Tangan Batting Dan Memilih Bat
Albert Pujols dari St. Louis Cardinals berdiri siap memukul dalam sebuah pertandingan pada tanggal 12 May 2007. (kiri)
Donald Miralle/Getty Images

Pilihlah bat yang tidak terlalu berat. Sebagai pemula, semakin ringan bobot bat akan semakin baik. Jangan memilih bat yang terlalu berat bagi hitter. Salah satu cara membuat bat lebih ringan ialah dengan cara memegangnya yang sedikit digeser ke arah atas sekitar 3 sampai lima sentimeter yang acap dise-but “choke up”. Jarang sekali kita lihat ada pemain yang me-mukul dengan bat yang terlalu ringan.
Memakai sarung tangan untuk batting tergantung selera pe-main. Banyak yang memakainya agar dapat menggenggam bat lebih baik. Ada juga yang lebih suka “merasakan” sen-tuhan bat langsung di tangannya.


Memasuki Batter Box
Albert Pujols, dan kebanyakan pemain liga utama lainnya berdiri di bagian belakang box agar mendapat waktu maksimal yang memungkinnya menyesuaikan diri pada lemparan fastball di liga utama. Menghadapi pitcher bergaya curveball Pujols mungkin akan sedikit maju ke depan box.
Doug Pensinger/Getty Images

Masuklah ke batter’s box di dekat home plate (dan pemain baseball dan fastpitch softball wajib mengenakan helm). Jika pitcher melempar ken-cang sebaiknya posisi sedikit digeser agak ke be-lakang box, supaya dapat tambahan waktu meli-hat bola sepersekian detik lagi. Jika pitchernya penggemar curve-ball, hitter akan lebih suka bergeser agak ke depan agar supaya ia dapat memukul bola lemparan pitch sebelum bola terlalu banyak berbelok menghunjam ke bawah.
Ada juga ilmu tentang dimana posisi berdiri hitter terkait jarak dengan home plate – lebih dekat atau lebih renggang. Jika rapat dengan home plate, lemparan pitch ke luar masih dapat dipukul, tetapi harus mewaspadai lemparan pitch ke dalam yang dapat “mengunci” hitter sehingga tak dapat mengayun atau pukulan menjadi sangat lemah. Sebaliknya juga kalau terlalu jauh dari plate dapat menimbulkan masalah. Jadi tentukan jarak dengan home plate yang “nyaman” dan aman.

Pegangan Bat Yang Enak
Albert Pujols dari St. Louis Cardinals
berdiri siap memukul menghadapi
Reds tanggal 26 April 2007.
Dilip Vishwanat/Getty Images

Ketika menggenggam pegangan bat, kedua tangan rapat saling bersentuhan. Pemukul kanan, maka tangan kiri berada di bawah dan kanan di atas (sebaliknya pada pemukul kidal).
Jaga jarak antara bat dengan dada sekitar lima-belas senti. Pegang bat mengarah ke atas, dan jangan dipikul di atas bahu. Kedua kaki diposisikan dengan jarak sekitar selebar bahu. Ada hitter yang lebih menyukai memposisikan kedua kaki lebih lebar (seperti Albert Pujols di gambar kiri), tetapi ingatlah bahwa Albert telah membina ayunan memukulnya dengan bertahun tahun latihan keras.
Jangan berdiri terlalu tegak – lutut sedikit ditekuk agar tak merasa kaku. Posisi itu menempatkan hitter pada sikap siap pukul.






Mata Menatap Bola
Albert Pujols berdiri siap memukul
menghadapi Milwaukee Brewers
tanggal 2 May 2007.
Jonathan Daniel/Getty Images

Gambar kiri adalah pandangan dari arah kebalikan sikap siap pukul Pujols.
Pandang pitcher dengan kedua mata, jangan hanya dengan sebe-lah mata saja sehingga lemparan pitch dapat dengan lebih jelas terlihat. Upayakan sesegera dan sedini mungkin melekatkan pandangan mata pada bola agar supaya dapat lebih berhasil memukulnya. Lalu jangan sampai melepaskan pandangan dari bola sesaatpun.
Saat ini, bobot tubuh tetap disangga oleh kaki sebelah belakang, namun bersiaplah untuk segera memindah-kannya.









Melangkah Dan Mengenai Bola
Albert Pujols mengenai bola pitch melawan Giants pada tanggal 10 July 2005.
Jed Jacobsohn/Getty Images

Hitter pemukul kanan, sedikit mengangkat kaki kirinya se-dikit ketika bola pitch dilepas. (Pemukul kidal mengangkat kaki sebelah kanan). Tatkala bola sudah mendekat, me-langkah ke depan sekitar jarak tigapuluh sentian (lebih pendek jika pemukul bertubuh lebih kecil atau lebih muda) sehingga akan membina gaya lebam (momentum) ke arah pitcher.
Saat ini pemukul seharusnya sudah dapat menilai apakah lemparan cukup bagus untuk dipukul. Jika jelas jelas “ball”, teruskan mengambil langkah tetapi lihat dan biarkan bola lewat. Jika diperkirakan “strike”, putar pinggul menuju bola dan ayunkan bat.
Kaki sebelah belakang seharusnya berputar tetapi tidak lepas dari tanah. Untuk memeriksa apakah sudah benar, lihat apakah kaki itu terarah ke bawah. Pemukul harus merasakan berat badannya bergeser ke depan.
Jaga agar siku rapat dengan tubuh sehingga ayunan membuat lingkar berjari jari pendek. Kalau pemukul mencoba meraih lemparan yang “outside” tenaga pukulnya akan sangat berkurang. Tetapi jika sudah dua strike, tentu saja hitter tak punya pilihan.
Tangan di sebelah bawah bat seharusnya menghela bat meliwati atas plate sementara tangan yang di sebelah atas memandu arah ayunan. Sangat disarankan mendapat perkenaan dengan bola ketika bola hampir sampai ke atas plate, jika terlambat kemungkinan pukulan akan ‘foul’.

Lintasan Ayunan Bat - Menuju Ke Atas (Uppercut)? Atau Datar?
Albert Pujols memukul bola ke tanah ketika melawan Colorado Rockies tanggal 28 May 2007.
Doug Pensinger/Getty Images

Banyak hitter muda yang masih kurang pengeta-huannya selalu mengakhiri ayunan pukulannya ke arah atas membentuk gerak yang disebut “uppercut”, yang berarti bat berawal dari posisi lebih rendah dan berakhir di posisi lebih tinggi. Pemula sebaiknya memusatkan perhatiannya pada membuat ayunan pukulan yang mendatar, karena akan memberinya peluang lebih baik membuat perkenaan dengan bola. Kalau ia sudah lebih piawai, gerak lintas ayunan yang menuju ke atas itu dapat kembali digunakan (sedikit saja) untuk menambahkan tenaga dorong ke atas pada bola. Tetapi cara itu dapat dilakukannya nanti nanti saja – tidak usah terburu buru.

Gerak Lanjut - Following Through
Gerak lanjut Albert Pujols pada akhir
ayunannya ketika melawan San Diego
Padres tanggal 12 May 2007.
Donald Miralle/Getty Images

Baik ada kontak dengan bola maupun tidak, gerak ayunan bat akan berlanjut ke gerakan lanjutan. Jika gerak itu tidak dilakukan – ditahan, maka hitter tidak akan mampu mengerahkan kekuatan besar karena ayunan itu sesungguhnya sudah diperlambat sebelum kontak dengan bola terjadi. Jadi gerak lanjut amatlah penting dilakukan. Kalau kontak dengan bola berhasil, bersiaplah mencampakkan bat dan segera lari ke base satu.




Siap Ngacir!

Albert Pujols ngacir ke base satu ketika melawan Rockies pada tanggal 28 May 2007.
Doug Pensinger/Getty Images


Hitter melepaskan pegangannya pada bat – bukan melemparkannya. Pertama, karena sangatlah berbahaya melontarkan potongan aluminium atau kayu yang lalu menjadi proyektil yang dapat mencederai orang. Selain itu, gerak melempar bat adalah gerak mubazir yang sia sia dan justru akan memperlambat hitter berlari menuju base satu.
Masalah hitting bukan hanya yang dipaparkan disini saja. Masih banyak yang lain lagi seperti memukul ke lapangan sebaliknya, mengerahkan tenaga pukul lebih besar, mengarahkan bola pukul ke belakang pelari dan sebagainya, namun yang ini adalah dasarnya.

Jumat, 08 Oktober 2010

Pembinaan Kondisi Bagi Pemain Baseball Modern

Pendapat Dana Cavalea, CSCS

Topik wacana acap kali dibiarkan terbengkalai sehingga kesimpulan harus diduga duga sendiri oleh pembaca padahal bahasan ini sangat relevan karena dapat membina atlet yang lebih perkasa sampai di penghujung musim turnamen seandainya saja dirancang dan dilaksanakan dengan benar dan baik. Salah kaprah terbesar menyangkut pembinaan kondisi itu kalau pemain baseball berkeringat banyak dan sudah sempoyongan setelah melampaui sesi latihan maka disimpulkan bahwa pembinaan kondisi itu berkwalitas.

Kalau kita uraikan apa yang dimaksudkan dengan pembinaan kondisi atlet, sesungguhnya definisinya sungguh sederhana: Untuk meningkatkan kapasitas kerja yang akan memungkinkan atlet dapat berlatih pada tingkat yang lebih tinggi tanpa memberi beban tambahan pada sistem cardiovascular tubuhnya.

Faktor penentu yang memungkinkan seorang coach dapat melihat apakah atletnya berada pada kebugaran optimal ialah dengan cara memeriksa denyut nadi atlet. Jika atlet mampu menurunkan denyut nadi dengan cepat atau dengan kata lain bagaimana atlet mampu menormalkan kembali denyut nadi dengan cepat. Tidak berarti bahwa coach memerintahkan atletnya berlari sejauh dua sampai tiga kilometer lalu memeriksa seberapa cepat denyut nadinya akan menurun kembali.

Ketika kita benar benar sedang merancang sebuah program pembinaan kondisi atlet maka ada beberapa variabel yang harus kita perhatikan:

Perbandingan Latihan terhadap masa istirahat yang dirancang khusus untuk sebuah cabang olahraga tertentu
Tingkat kebugaran atlet
Masa musim turnamen
Sasaran dan tujuan program pembinaan kondisi

Untuk dapat menciptakan program yang paling efisien tanpa terlalu banyak membuang waktu atau bahkan membuat atlet terlalu banyak berlatih (overtraining) kita harus menganalisa cabang olahraga yang dimainkannya. Kita terlalu sering mendengar coach berucap bahwa mereka telah melakukan test pada atletnya dengan cara menyuruhnya berlari sejauh 2 kilometer di awal musim turnamen untuk menguji kemampuan AEROBIKnya seraya mempertahankan pendapat bahwa pemain baseball memang membutuhkan daya tahan karena musim turnamen yang panjang dan lama.
Sayang sekali ada pendapat semacam itu sehingga para coach lalu melatih atlet atletnya secara AEROBIK untuk cabang olahraga yang justru bersifat ANAEROBIK!!

Apa maknanya bagi kebanyakan coach? Secara sederhana, kita melatih atlet baseball agar dapat berlari jarak jauh padahal olahraga baseball banyak sekali mirip dengan permainan untuk para pelari cepat jarak pendek (sprinter). Jika kita melatih atlet untuk jarak jauh, maka kecepatan lari akan dilakukan lebih lambat, sementara jika kita berkonsentrasi untuk berlari cepat jarak pendek, maka kita akan berlatih dengan kecepatan yang lebih cepat/tinggi. Tubuh atlet akan otomatis beradaptasi dengan jenis latihan yang dijalankannya.

Jadi, jika kita berlatih secara LAMBAT, kita akan jadi LAMBAN! Jika kita berlatih dengan kecepatan TINGGI, maka kita juga akan menjadi CEPAT pula!

Karena baseball adalah olahraga yang mengharuskan gerak cepat ketika berlari diantara base ke base, atau ketika mengejar bola pukul lambung, atau ketika mengayunkan pukulan atau ketika melempar pitch, maka kita harus berupaya untuk meniru kecepatan gerakan gerakan dan LATIHAN JARAK JAUH BUKANLAH JAWABANNYA!!

Disarankan untuk hanya berlatih jarak jauh hanya ketika awal tahun misalnya bulan bulan Nopember/ Desember/ Januari dengan menggunakan peralatan standar seperti sepeda statis atau alat kayuh elliptical sehingga atlet dapat membina dasar aerobiknya dan membangun dasar tingkat kondisinya masing masing. Ketika sudah mendekati musim turnamen, metoda ini perlahan lahan diubah menjadi latihan interval berintensitas tinggi dan lari cepat sehingga atlet dapat membina kecepatan pada jarak pendek diselingi pemulihan atlet sepenuhnya yang dapat menurunkan denyut nadi kembali ke tingkat sedikit diatas ketika atlet beristirahat.

Berkenaan dengan beberapa variabel yang telah disinggung di awal tulisan ini, kita akan menguraikannya sedikit lebih rinci.

Latihan: Perbandingan terhadap masa istirahat dengan sedapat mungkin meniru apa yang terjadi di cabang olahraga baseball.
Agar supaya program latihan lebih se-spesipik mungkin dengan cabang olahraganya, kita perlu menganalisa cabang olahraganya sendiri. Di olahraga baseball, kebanyakan gerakan dilakukan dengan pendek pendek dan singkat, cepat, dan dilakukan secara eksplosip. Biasanya perbandingan bergerak dengan beristirahat di olahraga baseball adalah sekitar 1 banding 3.
Contoh: jika pemain memasuki batter’s box dan akan mengayunkan pukulan, mengantisipasi lemparan pitch dan lalu mengayunkan bat mungkin memerlukan waktu selama 15 detik, maka akan ada waktu lagi selama 45 detik sampai satu menit sebelum pemain kembali bersiap dan masuk ke box batter, sehingga akan ada perbandingan bergerak dengan masa istirahat 1:2 atau 3. Jadi ketika merancang sebuah program latihan, salah satu cara adalah dengan menandai suatu jarak lari sekitar 27 sampai 37 meter lalu minta atlet berlari sprint pada jarak itu dalam kecepatan penuh seraya mengukur waktunya. Setelah waktu sprint itu diperoleh, maka dapat ditentukan bahwa masa istirahatnya adalah 2 sampai 3 kali waktu sprint-nya.

Tingkat kondisi kebugaran atlet.
Masing masing atlet di tim akan memiliki tingkat kebugaran kondisi yang berbeda. Penting pula agar coach memantau para atlet itu ketika berpartisipasi pada setiap sesi latihan kondisi. Kalau sudah terlihat bahwa gerakannya sudah mulai tersendat, maka sudah saatnya menghentikan drill dan biarkan dia memulihkan dirinya sendiri sehingga dia masih dapat mempertahankan gerak mekanik yang benar dan mengurangi risiko cedera. Kalau gerak mekaniknya sudah terus menerus (konsisten) salah, maka tandanya tubuh atlet itu sudah berteriak CUKUP! Jadi coach harus memantau bahasa tubuh atlet untk mencegah latihan berlebih (overtraining).

Masa musim turnamen.
Seperti telah disebutkan diatas, latihan membina kondisi di bulan Desember akan sangat berbeda dengan latihan yang dilakukan dibulan Februari. Pada bulan Desember masih dapat dibenarkan membina dasar aerobik atlet dengan alat alat standar, namun ketika sudah mulai masuk musim turnamen maka perlu dilakukan peningkatan intensitas latihan dan mulai melatih atlet di luar ruangan dengan lari sprint, lari di jalur base (base running), melakukan drill “pass pattern” (mengoperkan bola), dan lari sprint yang mengemulasikan pola ketika pemain melakukan fielding ketika bertanding.

Sasaran dan tujuan program membina kondisi
Tujuan sebuah program seharusnya juga mempertimbangkan tujuan dan sasaran atlet sendiri, dan seperti sudah disinggung, pada setiap bulan harus ditetapkan sasaran dan tujuan khusus tergantung seberapa dekat musim turnamen akan berlangsung. Jika atlet kelebihan berat badan, maka jelaslah bahwa pembinaan kondisi harus menjadi titik perhatian utama, dan harus cukup waktu yang dikonsentrasikan untuk menanganinya. Jika atlet sudah berada di puncak kondisi, kita masih perlu membuat program lebih intens dengan menambah intensitas atau menambah jumlah interval. Jadi tidak hanya 3-4 kali pada interval selama dua menit, mungkin harus dilakukan sebanayk 6-7 kali interval.

Tetap harus diingat agar atlet tidak kelebihan latihan (OVERTRAIN). Jumlah bermain, angkat beban, dan pembinaan kondisi sudah cukup dapat membuat atlet menderita sindroma kelebihan latihan yang bahkan akan membalik keadaan sehingga kinerja atlet akan memburuk.

Ketika gerakan mulai keliru, hentikan drill walaupun baru dikerjakan satu menit saja. Ubah lari jarak jauh dengan lari sprint jarak dekat yang cepat berinterval dan pantaulah seberapa lama denyut jantung atlet untuk mulai turun lagi. Dengan menggunakan alat pantau denyut jantung adalah sebuah cara yang sangat dianjurkan. Akhirnya perhatikan juga perbandingan antara latihan dengan masa istirahat. Lebih banyak tidak selalu lebih bagus, acapkali bahkan akan lebih buruk.

Menciutkan Zona Strike

karya Buz Brundage

Jika pemain ingin jadi hitter yang bagus, yang dapat diandalkan rekan seregu ataupun pelatihnya … maka pemain harus mengetahui sebuah hal: Belajarlah untuk menciutkan kotak zona strike. Pemain lalu pasti akan bertanya tanya: “Apa pula maksud pernyataan seperti itu?” Itulah sesungguhnya keterampilan dasar yang harus dikuasai hitter dan dipraktekkan dengan setia.
“Menciutkan zona strike berarti pemain harus memiliki kemampuan untuk memegang kendali untuk mengalahkan pitcher. Pemain berada di pisisi pemegang kendali mungkin akibat hitungan pitch (yang sesungguhnya sangat mendasar! – lihat artikel HIT CHART) atau mungkin ada faktor lain seperti pitcher memberi walk pada dua pemain di inning itu. Atau, pemain tahu benar rahasia pitcher dengan baik sehingga boleh dikata sudah dikuasainya.
Apapun penyebabnya, begitu hitter berada diposisi pegang kendali atas pitcher, maka dia harus menciutkan kotak zona strike. Kotak itu merupakan zona strike imajiner disisi sisi mana pitcher akan berusaha menyerempet nyerempetnya.
Ketika hitter menciutkan zona itu, maka berarti didalam kepalanya hitter membuat keputusan bahwa ia menginginkan bola melewati kotak yang sudah diciutkan itu. Disitulah dia akan menghajar bola dan biar pitcher menanggung segala galanya.
Jika bola melewati kotak yang diangankan itu, hitter harus bersikap agresip dan penuh percaya diri dan yakin bahwa itu daerahnya ….jangan coba coba lewat. Itulah sesungguhnya pola pikir “Menciutkan kotak zona strike”.
Umumnya, seorang hitter akan masuk ke pola pikir seperti itu ketika hitungan pitch sangat unggul untuk dia seperti pada hitungan 2-0 atau 3-1. Itulah sebabnya ketika menonotn pertandingan MLB para pemain bayaran itu acap membiarkan lemparan pitch yang lewat tengah plate setinggi pinggang ketika hitungan pitch 2-0. Memang terkadang menggemaskan atau mencemaskan penonton.
Tetapi sangat boleh jadi ia sesungguhnya sedang menantikan lemparan pitch yang “kurang kencang” atau “off speed”. Atau dia ingin lemparan itu lebih rendah atau sedikit masuk. Hitter itu telah membayangkan sebuah kotak kecil yang masuk kesitu dan jika lemparan itu tidak masuk kesitu dia akan membiarkannya atau dia telah tertipu oleh kekencangan bola pitch itu. Yang lalu akan membawa kita pada pembahasan kita berikut yang masih menyangkut “Menciutkan Kotak Zona Strike”.
Hitting Sangat Tergantung Kepada “Timing” Pergerakan Hitter. Itu tak lagi terbantahkan lagi baik ketika Ty Cobb masih bermain maupun pada masa kini. Jadi dengan mengingat hal itu, maka ketika hitter menciutkan kotak zona strike dia juga harus memilih kekencangan bola yang cocok untuk dipukul.
Semoga artikel ini dapat membantu pemain untuk menjelma menjadi hitter lebih hebat - Be A Better Hitter!

Rabu, 28 April 2010

Penjaga Base Dua Yang Komplit

Kunci keberhasilan

Jarang ada klub yang berakhir disekitar pemuncak kejuaraan tanpa keberadaan seorang perancang permainan atau yang acap disebut “play maker” yang berada di base dua kecuali kekuatan pukul dan serangannya, kehebatan pitching dan pertahanannya dapat meniadakan keperluan melakukan ‘double play’. Seorang penjaga base dua yang senantiasa waspada dengan kemampuan membelokkan bola guna melakukan double play dan kemampuannya bermain dengan cerdik bersama shortstop dan cara dia bertindak sebagai jenderal lapangan adalah sebuah milik yang sangat berharga bagi sebuah klub. Pemain di posisi itu harusnya memiliki kecepatan dan lengan yang perkasa untuk menangani bola pukul lambung yang sulit yang biasany ada di sekitar garis base satu dan dia juga bertindak sebagai pemain penerus lemparan (relay man) pada pukulan pukulan yang berpotensi jadi pukulan dimana batter mendapat beberapa base (extra base hit) yang umumnya ke arah daerah right field.

Namun ada juga pemain penjaga base dua yang lengannya tak seberapa hebat namun mampu mengkompensasi kekurangan itu dengan kecepatan tangan dan dengan serbuan serbuannya untuk menguasai bola pukul ke tanah ketika keperluan untuk bergegas memang diperlukan. Umumnya ketika meneruskan (relay) lemparan, mereka masih dapat didukung oleh penjaga base satu dan shortstop yang lalu mengambil tempat dibelakang sebagai ‘backup’. Harus diingat bahwa penjaga base dua acap jadi bulan bulanan pelari. Karenanya dia harus cekatan, tidak kenal takut dan gigih. Kemampuannya membuat/ melakukan permainan di bawah tekanan dapat jadi faktor penentu dalam banyak pertandingan.

Penjaga base dua:
• Harus punya saling mengerti dengan shortstop ketika menentukan siapa yang menjaga base pada setiap lemparan pitch.
• Selalu tahu kapan saatnya meninggalkan posisi ketika terjadi pukulan ketok (bunt) dan tidak meninggalkan daerah infield tanggung jawabnya tanpa terjaga terlalu dini.
• Meneriakkan niatnya mengambil bola jika bola terpukul ke daerah dimana baik dia maupun penjaga base satu dapat berebut mengambil bola itu .
• Harus waspada bergerak pada lemparan pitch setelah menerima kode tanda dari catcher.
• Berusaha keras menangkap bola lambung dekat di sekitar garis right field.
• Pada situasi akan dapat terjadi pencurian dua base sekaligus, sepakati terlebih dahulu siapa yang akan jadi pemain potong (cut off) untuk mencegat bola lemparan catcher. Posisi dan siapa yang harus menjadi pemain potong tergantung pada banyak hal, seperti siapa hitter dan jenis lemparan dan lokasi pitch yang akan dilempar pitcher; kemampuan baserunning dan kecepatan lari para pelari; seperti penting angka yang akan dicetak dari base tiga dan base satu itu bagi lawan; keampuhan lengan lempar infielder; apakah sedang menjadi tuan rumah atau regu tamu; kemampuan pitcher menahan pelari agar tak mengambil awalan terlalu jauh, dan keterbatasan yang dimiliki para infielders.

Umumnya para coach akan menyarankan agar kalau bukan shortstop, maka penjaga base dua-lah yang akan melakukan pemainan itu sendirian – shortstop dapat jadi backup - (tergantung pada situasi yang terjadi). Penjaga base dua akan bergeser maju ke base dua seraya mengamati pelari yang ada di base tiga. Jika ia lihat pelari itu ngacir menuju home, maka ia akan maju ke depan dan mencegat bola, dan melempar ke home plate. Seandainya pelari di base tiga bertahan dan tidak lari, ia lalu akan mencoba mentag pelari yang maju dari base satu.

Double Play—permainan yang paling kontroversial di baseball. Sekali lagi diingatkan bahwa tidak mungkin membuat pola tertentu. Latihan adalah pengganti amat baik agar tidak terjadi kontroversi.

Saran saran dibawah ini diharapkan akan dapat membantu.
Ketika ada peluang double play, penjaga base dua harus:
• Mengetahui dimana shortstop senang menerima lemparan dan dia lalu berkonsentrasi untuk melakukan lemparan yang baik.
• Sedari awal menyadari betapa pentingnya permainan itu terkait dengan situasi yang ada dan tahap pertandingan yang sedang terjadi. Pada situasi genting pada inning inning penghujung permainan double play harus dilakukan. Karenanya, kecepatan harus dapat diandalkan dan juga harus berani mengambil risiko. Pada inning inning awal pertandingan, prinsip kehati-hatianlah yang harus dipergunakan, karena lemparan pertama yang buruk atau permainan awal sangat mungkin membuat lawan mendapat angka banyak atau lawan dapat membuat ‘big inning’.
• Senantiasa menyadari kemungkinan adanya permainan yang diganggu (interference play) yang dilakukan oleh pelari dan tidak boleh gentar, menghindar atau mengelak ketika pelari itu mendekat..
• Ketika men-tag pelari di alur base untuk membuat double play,
o Lakukan tag dengan dua tangan: bola digenggam tangan lempar dengan dilindungi glove.
o Ketahuilah bahwa plari tak boleh lari menyimpang dari alur base. Jadi jangan kejar dia.
o Seandainya pelari berhenti lari, kejar dia mundur kembali ke base satu cukup jauh untuk mengepungnya sebelum melempar ke base satu.
• Berlatih mengerjakan double play dari segala sudut. Lempar dari atas, menyilang atau dari belakang base, dan belajar cara melakukan lemparan yang jitu tepat sasaran dari masing masing sudut itu.
• Shortstop dan penjaga base dua harus sering lempar tangkap bersama sehingga terbiasa satu sama lain dan dapat mengenali kebiasan melempar dan gerak belokan bolanya.
• Penjaga base dua dan shortstop harus berupaya mundur pada bola bola pukul yang melewati infield dengan maksud untuk menangkapnya sampai ia dicegah oleh teriakan outfielder yang juga berusaha menangkap bola pukul itu.

Saran umum bagi penjaga base dua
Pukul jatuh bola setiap kali, penjaga base dua amat jarang harus melempar jarak jauh.

Tatkala bola terpukul ke tanah dengan keras, penjaga base dua tak boleh takut berlutut pada sebelah kakinya.

Tentukan jarak jelajah penjaga base satu. Usir dia pada kebanyakan bola pukul yang terarah ke sebalah kiri [enjaga base dua.

Lemparan penjaga base dua kebanyakan dilakukan dengan ayunan lengan tiga perempat dari atas. Namun ketika bersicepat akan jadi penerus lemparan (relay) demikian pula ketika melempar ke home, sebaiknya dilakukan sepenuhnya dengan ayunan lengan dari atas agar lebih tepat sasaran dan juga agar jarak dapat lebih jauh.

Sebaiknya tidak membiasakan diri mem”flip” bola. Kekuatan lengan lempar tak akan terbina dengan cara itu.

Berkomunikasi dengan shortstop untuk menyepakati siapa yang jaga base. Biarkan shortstop yang menentukannya dengan cara menyembunyikan mulutnya dengan glove lalu membuka atau menutup mulutnya. Menutup mulut berarti dia yang akan jaga, buka mulut – penjaga base dua yang jaga.

Senantiasa terlebih dahulu mengantisipasi apa yang akan dikerjakan kalau bola terpukul ke arahnya sebelum bola pitch dilempar pitcher.

Ketika bola terpukul ke arah kanan, julurkan kaki kanan dan geser ditanah ketika menghampiri bola. Seraya menangkap bola, jejakkan kaki kanan itu dan lempar dengan tumpuan kaki kanan itu.

Bersiap menjaga base satu ketika ada dugaan akan terjadi pukulan ketok (bunt).

Semampunya upayakan menangkap bola pukul lambung di dekat garis right field yang tak mungkin diambil penjaga base satu.

Mundurlah pada setiap pukulan melambung sampai dicegah/diusir outfielder.

Jangan ambil posisi terlalu “dalam”. Sebaiknya “curi” posisi sedikit ketika kemungkinan akan terjadi double play dan harus menjaga base ketika diduga akan dicuri.

Ketika menjaga base satu pada pukulan ‘bunt’, lari secepat cepatnya ke base itu dan bertindaklah sebagaimana layaknya penjaga base satu. Jangan berleha leha sehingga baru nyaris tiba di base satu untuk menerima lemparan. Tibalah di base sedini mungkin untuk memberi sasaran lempar.

Ketika menjaga base dua guna bertahan terhadap pencurian ganda (double steal).

Langsung saja menuju ke base seraya menyimak aba aba shortstop. Jika pelari di base tiga mencoba berlari ke home, majulah untuk mencegat bola di depan base lalu segera lempar ke home. Jika dia bertahan, bertahan pula di base dan lalu tag mati pelari yang akan masuk ke situ.

Ketika mentag pelari yang melakukan sliding, tangkap bola lalu langsung secepatnya turunkan glove lalu angkat kembali.

Menjalankan double play
Jangan mengira bahwa ketika bola terpukul dan ada pelari di base lalu akan ada peluang double play. Kecepatan bola, kemana bola terpukul akan menentukan adanya peluang itu.
Selalu matikan dahulu pelari terdepan. Tugas penjaga base dua adalah mengutamakan menangkap bola, lalu memberi lemparan yang enak bagi shortstop. Shortstoplah yang akan melakukan pelaksanaan double play.
Shortstop wajib menjaga bola bola yang terpukul kembali ke arah pitcher kecuali ketika hitter adalah pemukul yang sejatinya biasa menghela pukulan (pull hitter). Dalam hal itu maka bola itu harus diantisipasi penjaga base dua.
Ketika menjaga base untuk melakukan double play, serbu ke arah base lalu tahan langkah sedikit untuk melihat kemana lemparan bola akan terarah.
Ketika ada lemparan buruk ke arah sisi penjaga base dua yang memakai glove, mungkin ia akan perlu untuk menggeser kaki kiri ke sebelah kiri dan lalu melakukan tag ke base dengan kaki kanan, seraya melempar ketika kaki kanan itu menyentuh base. Kalau sempat lintasi base untuk menghindari tabrakan dengan pelari. Gunakan base sebagai titik tolak.
Perhitungkan atas dasar jarak ke base, apakah lemparan diperlukan ataukah hanya perlu menyodorkan bola dari arah bawah untuk dapat mematikan pelari.
Ketika melakukan sodoran dari bawah kepada shortstop, lakukan dengan gerakan yang tegas. Pergelangan yang dibuat kaku akan meningkatkan kepastian dan kecermatan.
Ketika bola pukul ke tanah masih cukup dekat dengan base, tag base itu sendiri. Ketika tidak perlu, jangan mengolah bola dua kali. Sebisanya pertahankan posisi di belakang base ketika melakukan permainan ini.
Jangan menyembunyikan lemparan. Hanya ada satu kejadian dimana penjaga base dua harus berputar satu putaran yaitu ketika bola terpukul di celah di sebelah kiri yang sangat mempersuliot penjaga base dua.
Tidak perlu melompat atau memutar penuh tubuh ketika melakukan double play. Tangkap bola, putar pinggul dan tubuh bagian atas, angkat kedua tangan (dan bola) ke belakang lalu lempar.
Tarik garis ketika latihan infield. Dibelakang garis pemain harus melempar, disebalah lain cukup dengan sodoran ke shortstop.

Sumber: mysportsguru.com