Kunci keberhasilan
Jarang ada klub yang berakhir disekitar pemuncak kejuaraan tanpa keberadaan seorang perancang permainan atau yang acap disebut “play maker” yang berada di base dua kecuali kekuatan pukul dan serangannya, kehebatan pitching dan pertahanannya dapat meniadakan keperluan melakukan ‘double play’. Seorang penjaga base dua yang senantiasa waspada dengan kemampuan membelokkan bola guna melakukan double play dan kemampuannya bermain dengan cerdik bersama shortstop dan cara dia bertindak sebagai jenderal lapangan adalah sebuah milik yang sangat berharga bagi sebuah klub. Pemain di posisi itu harusnya memiliki kecepatan dan lengan yang perkasa untuk menangani bola pukul lambung yang sulit yang biasany ada di sekitar garis base satu dan dia juga bertindak sebagai pemain penerus lemparan (relay man) pada pukulan pukulan yang berpotensi jadi pukulan dimana batter mendapat beberapa base (extra base hit) yang umumnya ke arah daerah right field.
Namun ada juga pemain penjaga base dua yang lengannya tak seberapa hebat namun mampu mengkompensasi kekurangan itu dengan kecepatan tangan dan dengan serbuan serbuannya untuk menguasai bola pukul ke tanah ketika keperluan untuk bergegas memang diperlukan. Umumnya ketika meneruskan (relay) lemparan, mereka masih dapat didukung oleh penjaga base satu dan shortstop yang lalu mengambil tempat dibelakang sebagai ‘backup’. Harus diingat bahwa penjaga base dua acap jadi bulan bulanan pelari. Karenanya dia harus cekatan, tidak kenal takut dan gigih. Kemampuannya membuat/ melakukan permainan di bawah tekanan dapat jadi faktor penentu dalam banyak pertandingan.
Penjaga base dua:
• Harus punya saling mengerti dengan shortstop ketika menentukan siapa yang menjaga base pada setiap lemparan pitch.
• Selalu tahu kapan saatnya meninggalkan posisi ketika terjadi pukulan ketok (bunt) dan tidak meninggalkan daerah infield tanggung jawabnya tanpa terjaga terlalu dini.
• Meneriakkan niatnya mengambil bola jika bola terpukul ke daerah dimana baik dia maupun penjaga base satu dapat berebut mengambil bola itu .
• Harus waspada bergerak pada lemparan pitch setelah menerima kode tanda dari catcher.
• Berusaha keras menangkap bola lambung dekat di sekitar garis right field.
• Pada situasi akan dapat terjadi pencurian dua base sekaligus, sepakati terlebih dahulu siapa yang akan jadi pemain potong (cut off) untuk mencegat bola lemparan catcher. Posisi dan siapa yang harus menjadi pemain potong tergantung pada banyak hal, seperti siapa hitter dan jenis lemparan dan lokasi pitch yang akan dilempar pitcher; kemampuan baserunning dan kecepatan lari para pelari; seperti penting angka yang akan dicetak dari base tiga dan base satu itu bagi lawan; keampuhan lengan lempar infielder; apakah sedang menjadi tuan rumah atau regu tamu; kemampuan pitcher menahan pelari agar tak mengambil awalan terlalu jauh, dan keterbatasan yang dimiliki para infielders.
Umumnya para coach akan menyarankan agar kalau bukan shortstop, maka penjaga base dua-lah yang akan melakukan pemainan itu sendirian – shortstop dapat jadi backup - (tergantung pada situasi yang terjadi). Penjaga base dua akan bergeser maju ke base dua seraya mengamati pelari yang ada di base tiga. Jika ia lihat pelari itu ngacir menuju home, maka ia akan maju ke depan dan mencegat bola, dan melempar ke home plate. Seandainya pelari di base tiga bertahan dan tidak lari, ia lalu akan mencoba mentag pelari yang maju dari base satu.
Double Play—permainan yang paling kontroversial di baseball. Sekali lagi diingatkan bahwa tidak mungkin membuat pola tertentu. Latihan adalah pengganti amat baik agar tidak terjadi kontroversi.
Saran saran dibawah ini diharapkan akan dapat membantu.
Ketika ada peluang double play, penjaga base dua harus:
• Mengetahui dimana shortstop senang menerima lemparan dan dia lalu berkonsentrasi untuk melakukan lemparan yang baik.
• Sedari awal menyadari betapa pentingnya permainan itu terkait dengan situasi yang ada dan tahap pertandingan yang sedang terjadi. Pada situasi genting pada inning inning penghujung permainan double play harus dilakukan. Karenanya, kecepatan harus dapat diandalkan dan juga harus berani mengambil risiko. Pada inning inning awal pertandingan, prinsip kehati-hatianlah yang harus dipergunakan, karena lemparan pertama yang buruk atau permainan awal sangat mungkin membuat lawan mendapat angka banyak atau lawan dapat membuat ‘big inning’.
• Senantiasa menyadari kemungkinan adanya permainan yang diganggu (interference play) yang dilakukan oleh pelari dan tidak boleh gentar, menghindar atau mengelak ketika pelari itu mendekat..
• Ketika men-tag pelari di alur base untuk membuat double play,
o Lakukan tag dengan dua tangan: bola digenggam tangan lempar dengan dilindungi glove.
o Ketahuilah bahwa plari tak boleh lari menyimpang dari alur base. Jadi jangan kejar dia.
o Seandainya pelari berhenti lari, kejar dia mundur kembali ke base satu cukup jauh untuk mengepungnya sebelum melempar ke base satu.
• Berlatih mengerjakan double play dari segala sudut. Lempar dari atas, menyilang atau dari belakang base, dan belajar cara melakukan lemparan yang jitu tepat sasaran dari masing masing sudut itu.
• Shortstop dan penjaga base dua harus sering lempar tangkap bersama sehingga terbiasa satu sama lain dan dapat mengenali kebiasan melempar dan gerak belokan bolanya.
• Penjaga base dua dan shortstop harus berupaya mundur pada bola bola pukul yang melewati infield dengan maksud untuk menangkapnya sampai ia dicegah oleh teriakan outfielder yang juga berusaha menangkap bola pukul itu.
Saran umum bagi penjaga base dua
Pukul jatuh bola setiap kali, penjaga base dua amat jarang harus melempar jarak jauh.
Tatkala bola terpukul ke tanah dengan keras, penjaga base dua tak boleh takut berlutut pada sebelah kakinya.
Tentukan jarak jelajah penjaga base satu. Usir dia pada kebanyakan bola pukul yang terarah ke sebalah kiri [enjaga base dua.
Lemparan penjaga base dua kebanyakan dilakukan dengan ayunan lengan tiga perempat dari atas. Namun ketika bersicepat akan jadi penerus lemparan (relay) demikian pula ketika melempar ke home, sebaiknya dilakukan sepenuhnya dengan ayunan lengan dari atas agar lebih tepat sasaran dan juga agar jarak dapat lebih jauh.
Sebaiknya tidak membiasakan diri mem”flip” bola. Kekuatan lengan lempar tak akan terbina dengan cara itu.
Berkomunikasi dengan shortstop untuk menyepakati siapa yang jaga base. Biarkan shortstop yang menentukannya dengan cara menyembunyikan mulutnya dengan glove lalu membuka atau menutup mulutnya. Menutup mulut berarti dia yang akan jaga, buka mulut – penjaga base dua yang jaga.
Senantiasa terlebih dahulu mengantisipasi apa yang akan dikerjakan kalau bola terpukul ke arahnya sebelum bola pitch dilempar pitcher.
Ketika bola terpukul ke arah kanan, julurkan kaki kanan dan geser ditanah ketika menghampiri bola. Seraya menangkap bola, jejakkan kaki kanan itu dan lempar dengan tumpuan kaki kanan itu.
Bersiap menjaga base satu ketika ada dugaan akan terjadi pukulan ketok (bunt).
Semampunya upayakan menangkap bola pukul lambung di dekat garis right field yang tak mungkin diambil penjaga base satu.
Mundurlah pada setiap pukulan melambung sampai dicegah/diusir outfielder.
Jangan ambil posisi terlalu “dalam”. Sebaiknya “curi” posisi sedikit ketika kemungkinan akan terjadi double play dan harus menjaga base ketika diduga akan dicuri.
Ketika menjaga base satu pada pukulan ‘bunt’, lari secepat cepatnya ke base itu dan bertindaklah sebagaimana layaknya penjaga base satu. Jangan berleha leha sehingga baru nyaris tiba di base satu untuk menerima lemparan. Tibalah di base sedini mungkin untuk memberi sasaran lempar.
Ketika menjaga base dua guna bertahan terhadap pencurian ganda (double steal).
Langsung saja menuju ke base seraya menyimak aba aba shortstop. Jika pelari di base tiga mencoba berlari ke home, majulah untuk mencegat bola di depan base lalu segera lempar ke home. Jika dia bertahan, bertahan pula di base dan lalu tag mati pelari yang akan masuk ke situ.
Ketika mentag pelari yang melakukan sliding, tangkap bola lalu langsung secepatnya turunkan glove lalu angkat kembali.
Menjalankan double play
Jangan mengira bahwa ketika bola terpukul dan ada pelari di base lalu akan ada peluang double play. Kecepatan bola, kemana bola terpukul akan menentukan adanya peluang itu.
Selalu matikan dahulu pelari terdepan. Tugas penjaga base dua adalah mengutamakan menangkap bola, lalu memberi lemparan yang enak bagi shortstop. Shortstoplah yang akan melakukan pelaksanaan double play.
Shortstop wajib menjaga bola bola yang terpukul kembali ke arah pitcher kecuali ketika hitter adalah pemukul yang sejatinya biasa menghela pukulan (pull hitter). Dalam hal itu maka bola itu harus diantisipasi penjaga base dua.
Ketika menjaga base untuk melakukan double play, serbu ke arah base lalu tahan langkah sedikit untuk melihat kemana lemparan bola akan terarah.
Ketika ada lemparan buruk ke arah sisi penjaga base dua yang memakai glove, mungkin ia akan perlu untuk menggeser kaki kiri ke sebelah kiri dan lalu melakukan tag ke base dengan kaki kanan, seraya melempar ketika kaki kanan itu menyentuh base. Kalau sempat lintasi base untuk menghindari tabrakan dengan pelari. Gunakan base sebagai titik tolak.
Perhitungkan atas dasar jarak ke base, apakah lemparan diperlukan ataukah hanya perlu menyodorkan bola dari arah bawah untuk dapat mematikan pelari.
Ketika melakukan sodoran dari bawah kepada shortstop, lakukan dengan gerakan yang tegas. Pergelangan yang dibuat kaku akan meningkatkan kepastian dan kecermatan.
Ketika bola pukul ke tanah masih cukup dekat dengan base, tag base itu sendiri. Ketika tidak perlu, jangan mengolah bola dua kali. Sebisanya pertahankan posisi di belakang base ketika melakukan permainan ini.
Jangan menyembunyikan lemparan. Hanya ada satu kejadian dimana penjaga base dua harus berputar satu putaran yaitu ketika bola terpukul di celah di sebelah kiri yang sangat mempersuliot penjaga base dua.
Tidak perlu melompat atau memutar penuh tubuh ketika melakukan double play. Tangkap bola, putar pinggul dan tubuh bagian atas, angkat kedua tangan (dan bola) ke belakang lalu lempar.
Tarik garis ketika latihan infield. Dibelakang garis pemain harus melempar, disebalah lain cukup dengan sodoran ke shortstop.
Sumber: mysportsguru.com
Rabu, 28 April 2010
Senin, 26 April 2010
Lima Wajib Untuk main Di Infield
Setiap pemain infield harus berusaha keras mencapai hal hal berikut ini. Ia harus memiliki:
1. Sikap yang benar
2. Persepsi kepekaan rasa yang baik
3. Irama gerak menguasai bola pukul ke tanah (ground ball)
4. Gerak mekanik yang benar
5. Kemampuan melakukan permainan (play).
Kalau ke lima bidang ini sudah terbina, pemain tak boleh berpuas diri kalau tidak mengerjakan ke limanya dengan sempurna setiap kali.
Setiap pemain infield harus berkeinginan untuk terlibat pada ke 21 upaya mematikan regu serang.
Ia harus memiliki SIKAP untuk mendambakan agar setiap bola pukul ke tanah terarah ke padanya. Ia sedemikian percaya diri akan kemampuannya fielding-nya sehingga ia yakin bahwa setiap bola pukul ketanah yang terarah kepadanya akan menghasilkan satu out. Jadi, tatkala ada 21 bola pukul ke tanah yang terarah kepadanya, ia tak akan membuat satupun kesalahan, dan regunya akan berada di posisi untuk memenangi pertandingan. Ia mengambil bola pukul ke tanah itu sebagai tantangan pribadi seakan akan ia sedang mengikuti kejuaran berhadiah untuk menjadi juara dunia. Sikap percaya dirinya memaksanya untuk yakin bahwa tak akan bola pukul ke tanah yang akan melewatinya, bahwa ia akan mencapai dan menguasai bola itu dan lalu melempar mati pelari. Inilah sikap yang sangat kompetitip sehingga infielder itu akan memiliki pola berpikir yang tepat. Infielder tak boleh pernah memiliki sikap gentar dan khawatir; ia harus memiliki sikap percaya diri dan senantiasa gagah berani.
Reaksi infielder atas sebuah bola pukul berbanding lurus dengan tingkat PERSEPSI KEPEKAAN RASA yang dimilikinya. Infielder yang baik dapat “membaca” bola pukul baik melalui daya penglihatannya maupun dengan pendengarannya. Kemampuan itu memungkinkan menduga kekencangan dan arah bola pukul itu. Kebanyakan infielder juga bergerak pada bola yang diayun namun luput dipukul. Ia memanfaatkan persepsi penglihatannya pada lokasi bola pitch dan sudut datanya bat. Suara bola yang kena bat memungkin infielder memperkirakan seberapa kencang bola telah terpukul lalu membuat reaksi yang sesuai dengan persepsinya itu. Agar supaya infielder dapat mengambil manfaat sepenuhnya dari daya lihat dan pendengarannya, ia harus juga memiliki mentalitas pra lemparan pitch dan fokus pada zona pukul (hitting zone). Infielder melatih persepsi rasa itu selama latihan batting untuk menggunakan persepsi rasa dya penglihatan dan pendengarannya.
Membina IRAMA GERAK MENGAMBIL BOLA PUKUL KE TANAH dapat diajarkan sebagai bagian gerak mekanik fielding namun di bagian ini dibahas terpisah, karena tingkatan kepentingannya yang sangat tinggi. Tiba di hadapan bola dengan posisi tubuh yang sudah tepat memerlukan kepekaan rasa akan waktu – timing. Sebutan “tiba dihadapan bola tepat waktu” atau “memiliki instink bola” adalah lukisan akan apa yang harus terjadi atau dimiliki agar infielder berhasil. Ada tiga macam pantulan bola di tanah yang harus dapat dikuasai infielder: pantulan panjang, pantulan pendek, dan pantulan yang tanggung. Pantulan bola yang enak dikuasai adalah yang memantul panjang atau yang pendek. Pantulan tanggung sangat mungkin akan menyebabkan penguasaan bola pukul tidak mulus bahkan gagal. Kendatipun persepsi kepekaan rasa memainkan peranan besar di tahap mengatur irama gerak, tetapi segera sesudah laju bola pukul ke tanah itu sudah ditaksir baik, maka kecekatan dan pemilihan waktu (timing) harus mengambil alih peran berikutnya. Dengan demikian infielder dapat mendekati bola dan menguasainya pada pantulan yang enak seperti yang dikehendaki. Infielder melakukannya dengan memperlambat langkah (dekat mengubah jadi langkah geser) atau mempercepat langkah (dengan mengambil arah yang langsung menuju bola); sebuah proses yang dijuluki “menari bersama bola”. Kalau fielder tiba tepat waktu, ia akan dapat menguasai bola dengan sempurna.
GERAK FIELDING yang benar harus dilakukan selama dan sepanjang proses “fielding”. Disini tidak akan dibahas pernak pernik gerak mekanik fielding, tetapi hanya akan hal hal yang penting saja.
1. Ambil posisi siap siaga
2. Atur langkah kaki
3. Ambil posisi menghadap bola
4. Left field di sebelah kanan (fielder pelempar kanan)
5. Merunduk/ merendahkan badan dan pungut bola, dengan posisi tangan di jam 7 & dan jam 2
6. Putar ke kanan lalu ke kiri untuk melempar (pelempar kanan)
Metoda yang digunakan infielder untuk menghampiri dan mendekati bola dapat berbeda beda. Namun, infielder harus memiliki kaki yang cepat dan kokoh, demikian pula gerakan lengan dan tangan harus baik; jika tidak maka kinerja fielding-nya akan sangat tergantung kepada naib peruntungannya. Gerak fielding diajarkan dengan banyak cara, tetapi fielder yang bagus akan selalu dapat menemukan cara mengambil posisi atletis siap siaga dilanjutkan dengan penguasaan bola yang tidak tercela.
Pada akhirnya, setiap infielder harus menguasai dan mengambil bola dan lalu MELAKUKAN PERMAINAN (MAKE THE PLAY). Ia harus senantiasa rileks, memiliki rasa percaya diri yang sepenuhnya, dan bertindak secara otomatis. Ketika bertanding tak akan ada waktu untuk berpikir bagaimana cara melakukan fielding. Infielder harus tanggap dan bereaksi hanya pada situasi yang dihadapinya dan lalu “menaklukkannya”. Saat bertanding itulah semua kerja keras berlatih akan mendapat imbalan. Semua pikiran, pengulangan gerak latihan, dan latihan memusatkan diri (fokus) akan mengambil alih sehingga infielder dapat secara alamiah dan otomatis melakukan hanya satu hal, MELAKUKAN PERMAINAN yang tepat!
Setiap infielder harus secara berhasil menguasai semua bola pukul ke tanah yang terpukul ke arahnya dengan berpedoman kepada lima hal yang disebutkan di awal tulisan ini. Baseball adalah olahraga dengan banyak gerak yang diulang berkali kali, dan etika kerja yang bagus dan sesi latihan dengan kerja keras adalah satu satunya cara untuk benar benar dapat menguasai ke lima bidang itu. Setiap infielderharus memiliki kebanggaan diri pada kemampuannya. Dengan menjadi piawai melakukan ke lima bidang tugas itu akan membuatnya membina lebih lanjut kemampuan fisik dan mentalnya sendiri.
1. Sikap yang benar
2. Persepsi kepekaan rasa yang baik
3. Irama gerak menguasai bola pukul ke tanah (ground ball)
4. Gerak mekanik yang benar
5. Kemampuan melakukan permainan (play).
Kalau ke lima bidang ini sudah terbina, pemain tak boleh berpuas diri kalau tidak mengerjakan ke limanya dengan sempurna setiap kali.
Setiap pemain infield harus berkeinginan untuk terlibat pada ke 21 upaya mematikan regu serang.
Ia harus memiliki SIKAP untuk mendambakan agar setiap bola pukul ke tanah terarah ke padanya. Ia sedemikian percaya diri akan kemampuannya fielding-nya sehingga ia yakin bahwa setiap bola pukul ketanah yang terarah kepadanya akan menghasilkan satu out. Jadi, tatkala ada 21 bola pukul ke tanah yang terarah kepadanya, ia tak akan membuat satupun kesalahan, dan regunya akan berada di posisi untuk memenangi pertandingan. Ia mengambil bola pukul ke tanah itu sebagai tantangan pribadi seakan akan ia sedang mengikuti kejuaran berhadiah untuk menjadi juara dunia. Sikap percaya dirinya memaksanya untuk yakin bahwa tak akan bola pukul ke tanah yang akan melewatinya, bahwa ia akan mencapai dan menguasai bola itu dan lalu melempar mati pelari. Inilah sikap yang sangat kompetitip sehingga infielder itu akan memiliki pola berpikir yang tepat. Infielder tak boleh pernah memiliki sikap gentar dan khawatir; ia harus memiliki sikap percaya diri dan senantiasa gagah berani.
Reaksi infielder atas sebuah bola pukul berbanding lurus dengan tingkat PERSEPSI KEPEKAAN RASA yang dimilikinya. Infielder yang baik dapat “membaca” bola pukul baik melalui daya penglihatannya maupun dengan pendengarannya. Kemampuan itu memungkinkan menduga kekencangan dan arah bola pukul itu. Kebanyakan infielder juga bergerak pada bola yang diayun namun luput dipukul. Ia memanfaatkan persepsi penglihatannya pada lokasi bola pitch dan sudut datanya bat. Suara bola yang kena bat memungkin infielder memperkirakan seberapa kencang bola telah terpukul lalu membuat reaksi yang sesuai dengan persepsinya itu. Agar supaya infielder dapat mengambil manfaat sepenuhnya dari daya lihat dan pendengarannya, ia harus juga memiliki mentalitas pra lemparan pitch dan fokus pada zona pukul (hitting zone). Infielder melatih persepsi rasa itu selama latihan batting untuk menggunakan persepsi rasa dya penglihatan dan pendengarannya.
Membina IRAMA GERAK MENGAMBIL BOLA PUKUL KE TANAH dapat diajarkan sebagai bagian gerak mekanik fielding namun di bagian ini dibahas terpisah, karena tingkatan kepentingannya yang sangat tinggi. Tiba di hadapan bola dengan posisi tubuh yang sudah tepat memerlukan kepekaan rasa akan waktu – timing. Sebutan “tiba dihadapan bola tepat waktu” atau “memiliki instink bola” adalah lukisan akan apa yang harus terjadi atau dimiliki agar infielder berhasil. Ada tiga macam pantulan bola di tanah yang harus dapat dikuasai infielder: pantulan panjang, pantulan pendek, dan pantulan yang tanggung. Pantulan bola yang enak dikuasai adalah yang memantul panjang atau yang pendek. Pantulan tanggung sangat mungkin akan menyebabkan penguasaan bola pukul tidak mulus bahkan gagal. Kendatipun persepsi kepekaan rasa memainkan peranan besar di tahap mengatur irama gerak, tetapi segera sesudah laju bola pukul ke tanah itu sudah ditaksir baik, maka kecekatan dan pemilihan waktu (timing) harus mengambil alih peran berikutnya. Dengan demikian infielder dapat mendekati bola dan menguasainya pada pantulan yang enak seperti yang dikehendaki. Infielder melakukannya dengan memperlambat langkah (dekat mengubah jadi langkah geser) atau mempercepat langkah (dengan mengambil arah yang langsung menuju bola); sebuah proses yang dijuluki “menari bersama bola”. Kalau fielder tiba tepat waktu, ia akan dapat menguasai bola dengan sempurna.
GERAK FIELDING yang benar harus dilakukan selama dan sepanjang proses “fielding”. Disini tidak akan dibahas pernak pernik gerak mekanik fielding, tetapi hanya akan hal hal yang penting saja.
1. Ambil posisi siap siaga
2. Atur langkah kaki
3. Ambil posisi menghadap bola
4. Left field di sebelah kanan (fielder pelempar kanan)
5. Merunduk/ merendahkan badan dan pungut bola, dengan posisi tangan di jam 7 & dan jam 2
6. Putar ke kanan lalu ke kiri untuk melempar (pelempar kanan)
Metoda yang digunakan infielder untuk menghampiri dan mendekati bola dapat berbeda beda. Namun, infielder harus memiliki kaki yang cepat dan kokoh, demikian pula gerakan lengan dan tangan harus baik; jika tidak maka kinerja fielding-nya akan sangat tergantung kepada naib peruntungannya. Gerak fielding diajarkan dengan banyak cara, tetapi fielder yang bagus akan selalu dapat menemukan cara mengambil posisi atletis siap siaga dilanjutkan dengan penguasaan bola yang tidak tercela.
Pada akhirnya, setiap infielder harus menguasai dan mengambil bola dan lalu MELAKUKAN PERMAINAN (MAKE THE PLAY). Ia harus senantiasa rileks, memiliki rasa percaya diri yang sepenuhnya, dan bertindak secara otomatis. Ketika bertanding tak akan ada waktu untuk berpikir bagaimana cara melakukan fielding. Infielder harus tanggap dan bereaksi hanya pada situasi yang dihadapinya dan lalu “menaklukkannya”. Saat bertanding itulah semua kerja keras berlatih akan mendapat imbalan. Semua pikiran, pengulangan gerak latihan, dan latihan memusatkan diri (fokus) akan mengambil alih sehingga infielder dapat secara alamiah dan otomatis melakukan hanya satu hal, MELAKUKAN PERMAINAN yang tepat!
Setiap infielder harus secara berhasil menguasai semua bola pukul ke tanah yang terpukul ke arahnya dengan berpedoman kepada lima hal yang disebutkan di awal tulisan ini. Baseball adalah olahraga dengan banyak gerak yang diulang berkali kali, dan etika kerja yang bagus dan sesi latihan dengan kerja keras adalah satu satunya cara untuk benar benar dapat menguasai ke lima bidang itu. Setiap infielderharus memiliki kebanggaan diri pada kemampuannya. Dengan menjadi piawai melakukan ke lima bidang tugas itu akan membuatnya membina lebih lanjut kemampuan fisik dan mentalnya sendiri.
Sabtu, 24 April 2010
Filosofi Orangtua Atlit
Emosi seorang orangtua atlit ketika menyaksikan putra/putrinya bermain di olahraga yang terorganisir dapat berkembang dari rasa bangga dan senang sampai ia juga dapat sangat kesal, marah dan kecewa. Ada keyakinan kuat bahwa kebanyakan orangtua tidak menyadari betapa tingginyanya tingkat emosi mereka ketika menyaksikan anaknya berada di sebuah lingkungan kompetitip. Hampir semua orang tua memasukkan anaknya ikut berolahraga karena pelbagai alasan:
• Agar mendapat lebih banyak waktu dapat bersama anak anaknya.
• Membantu dan mendorong anak membentuk pertemanan dan persahabatan.
• Agar anaknya berada di lingkungan yang terawasi dan aman.
• Agar anak anak dapat berlatih dan berolahraga dengan keteraturan yang tinggi.
• Untuk mendapatkan peluang pembinaan keterampilan dan rasa percaya diri bagi anaknya.
Daftar itu baru sebagian kecil saja alasan agar anak dapat bergabung dan terlibat di kegiatan atletis anak anak. Para orangtua pasti amat mencintai putra/putrinya sehingga terbentuk keterikatan emosi yang sangat erat. Mereka tentu ingin membantu anaknya ketika sedang mengalami kegagalan dan akan membelanya jika dia rasa anaknya tidak mendapat perlakuan yang adil. Niat dan tujuan selalu dapat dipastikan baik, namun keterikatan emosi yang kuat itu dapat juga membuat para orangtua bersikap dan bertindak kurang rasionil.
Mawas Diri Memeriksa Perilaku Sendiri
Barangkali banyak orangtua yang ketika meneriaki wasit karena keputusan wasit dipandang merugikan anaknya merasa bahwa ia hanya mendukung dan membela anaknya. Anak acap kali merasa kurang nyaman ketika di hadapan teman temannya orangtuanya menghampiri coach dan menuntut agar anaknya lebih sering dipasang sebagai pemain. Dapat dipastikan bahwa si anak akan merasa dipermalukan oleh perilaku orangtuanya yang seperti itu.
Selain dapat melukai perasaan anak ketika orangtua tidak mampu menguasai emosinya, cobalah memikirkan bagaimana citra keteladanan yang dipertontonkan. Kita - orangtua tentu tak ingin anak kita menentang atau melawan keputusan wasit apalagi menunjukkan sikap kasar atau tidak sopan dimuka umum. Kita juga ingin agar anak anak mampu menguasai diri pada situasi sulit tanpa marah marah dan berteriak teriak. Jika sikap sopan dan ayem itu yang kita ingin ditunjukkan oleh anak kita, maka kita harus juga mampu mengambil sikap yang sama dengan cara yang sama.
Jadilah Orang Sportif
Himbauan ini sesungguhnya lanjutan dari bahasan di atas. Beberapa orangtua selalu ingin menimpakan kekalahan anaknya pada coach atau mengatakan bahwa alasan dia strike out karena wasit membuat keputusan yang keliru total. Hampiran atau pendekatan yang jauh lebih baik adalah dengan membantu anak menguasai rasa kecewanya dan memberinya kembali semangat pantang menyerah dan bahwa mengalami strike out atau kalah dalam pertandingan penting tidak berarti dunia sudah kiamat. Mereka harus diberi pengertian bahwa coach dan wasit akan selalu berusaha sebaik mungkin melakukan peranannya dan ketika bertanding tidak selamanya situasi akan selalu memihak kepadanya. Akan lebih mudah bersikap sportif ketika sedang menang, namun membantu anak menerima kekecewaan dan kekalahan dapat jadi pelajaran yang bagus sekali bagi seorang atlit anak yang masih belia.
Berilah Tekanan Pada Upaya Dan Sikap Atau Perilaku
Orangtua harus menunjukkan kepada anaknya bahwa dia bangga akan upaya dan usaha anaknya yang ditunjukkannya di lapangan. Cara itu sebaiknya dilakukan baik ketika anak bermain bagus ataupun ketika anak membuat banyak kesalahan dan tidak berhasil mendapat pukulan yang membuatnya mencapai base. Jika orangtua hanya memberi sanjungan ketika ia bermain bagus, maka anak itu juga akan menilai dirinya sendiri sama buruknya bahkan dapat lebih buruk lagi.
Tingkat Kompetisi Yang Sesuai Kemampuan
Siapapun juga mendambakan keberhasilan. Jika tingkat kompetisi terlalu berat bagi anak, maka ia dengan cepat akan patah semangat dan kehilangan gairah bermain. Ada banyak pilihan untuk atlit belia berpartisipasi. Cari dan pilihlah kompetisi yang akan memberi peluang anak kita untuk menunjukkan keberhasilannya namun harus tetap mengandung tantangan yang cukup baginya.
Sudah Bukan Lagi Kita
Keberhasilan seorang anak dalam bidang olahraga memang dapat menggairahkan orang tuanya dan bahkan dapat memabukkannya. Orangtua lalu acap berfantasi tentang apa yang mungkin terjadi. Boleh jadi orangtua atlit itu sendiri adalah atlit yang baik dan lalu timbul dipikirannya: “Seandainya aku bekerja dan berlatih lebih keras serta lebih berdedikasi, barangkali aku akan jadi atlit yang lebih cemerlang”. Kejadian berikutnya yang acap kali mudah terjadi adalah orangtua atlit itu dengan begitu saja memindahkan rasa sesal tidak bekerja/berlatih lebih keras itu menjadi rencana kerja untuk anaknya yang berbakat. Orangtua atlit itu lalu merasa memiliki peluang lagi untuk mencapai cita citanya lewat bakat anaknya.
Ketika hal ini terjadi, maka orangtua sudah harus mengamati baik baik keinginan anaknya dan lalu menyesuaikan perilaku dan tindakannya sendiri dengan dambaan dan tujuan anaknya. Secara umum peluang seorang anak terjun ke dunia olahraga profesional memang kecil sekali ataupun memperoleh beasiswa memasuki sebuah perguruan tinggi juga akan kecil juga, namun jika memang dia berhasil mencapai tingkatan itu, maka pastilah bahwa ia peroleh karena keinginan dan dambaan sangat kuat yang ada pada dirinya. Akan tidaklah baik bagi hubungan orangtua-anak jika justru orangtua yang mendorong dorongnya secara berlebihan ke arah itu.
Menghadapi Coach
Akan lebih mudah bagi orangtua bekerja sama dengan coach jika seandainya ia dapat memilih coach yang akan melatih dan mendidik anaknya. Namun bagi kebanyakan orangtua, pilihan itu tidak mungkin diperolehnya. Ketika mendaftar anaknya, maka anak itu akan ditempatkan di sebuah regu yang dilatih seorang coach sukarelawan. Kalau beruntung, anak itu akan mendapat coach yang disiplin, bekerja teratur, sangat mendukung dan pintar mendidik. Namun adakalanya nasib untung itu tidak menghampirinya. Bagaimana cara menghadapi situasi yang tidak beruntung itu? Banyak orangtua menerima keadaan itu dengan harapan tahun depan ia akan mendapat coach yang baik bagi anaknya. Ada juga orangtua yang menunggu sampai dia habis sabar lalu berbicara kepada coach dan menuding hal hal yang salah yang menurut pendapatnya telah dilakukan coach. Kedua cara itu tidak dapat dibenarkan. Bagian berikut akan dijelaskan alasannya.
Libatkan Diri Sedini Mungkin
Pergilah kunjungi latihan latihan lebih awal. Amati apakah latihan itu dilakukan dengan teratur dan terorganisir? Apakah lingkungannya cukup aman menjaga keselamatan anak? Bagaimana coach memberi pelajaran kepada anak anak? Jika tampak ada yang tidak beres, maka kemungkinan besar akan jadi lebih buruk lagi di hari hari mendatang. Bicaralah segera dengan administrator atau atasan coach yang lebih berwenang. Utarakan rasa khawatir dan mintalah agar anak dapat dipindahkan ke regu/ kelompok lain sebelum latihan berikut akan berjalan. Yang berwenang pasti ingin agar coach coach yang terbaik saja yang akan dia pakai. Menunggu sampai akhir musim akan sudah sangat kasip.
Cari tahu juga apa sasaran coach untuk musim berjalan dan bagaimana ia akan memilih pemain yang akan dipasang bermain. Masalah besar acap timbul ketika sasaran dan tujuan coach dengan orang tua tidak selaras. Jika coach hanya mementingkan memperoleh kemenangan, sedangkan orangtua ingin agar anaknya mendapat kesenangan dan kegembiraan, pindahkanlah anak itu ke regu atau kelompok lain. Panjang dan lamanya kesempatan bermain bagi anak juga dapat jadi batu sandungan. Cobalah dengan sejujur jujurnya menilai tingkat keterampilan anak dibandingkan dengan rekan rekan seregunya. Coach pasti akan lebih banyak memainkan anak anak yang keterampilannya paling baik sepanjang musim, jadi akan cukup menyulitkan bagi orangtua dan anaknya yang berkinerja menengah ke bawah. Sekali lagi, cobalah bicara kepada yang berwenang dan beritahulah alasan mengapa ingin memindahkan anak ke regu/ kelompok lain. Jika menunggu sampai turnamen dimulai, kemungkinan besar sudah akan terlalu terlambat.
Berperan Sebagai Coach Tidaklah Mudah
Menjadi coach memang tidak mudah. Mudah saja kita mencela orang ketika kita hanya berdiri saja jadi penonton; lain halnya jika kitalah yang bertugas jadi coach. Sadarilah situasi sulit yang dihadapi coach. Tentu sangat sulit dan hampir tidak mungkin membuat puas semua pihak dan semua orang apalagi para orangtua belasan anak anak usia belia. Banyak situs baseball yang mengulas cara menghadapi orangtua dan banyak pula coach yang lalu berhenti jadi coach karena kesulitan menghadapi orangtua atlit. Orangtua atlit seyogyanya berusaha membantu coach ketika latihan dan praktek lainnya atau ketika bertanding. Dengan membantu bantu coach, maka orangtua mendapat peluang berkomunikasi dengan coach secara teratur dan sekaligus membina hubungan baik dengannya. Hubungan baik itu penting artinya ketika memberi umpan balik kepada coach terutama untuk hal hal yang berjalan kurang baik yang mungkin dapat dibantu oleh pihak orangtua atlit. Coach tidak akan terlalu menyimak keluhan orangtua atlit yang jarang dijumpainya ketika latihan atau ketika ada pertandingan.
Dikibuli!
Terjadi hampir selalu! Orangtua atlit bicara dengan coach dan dia lalu berjanji akan memainkan seluruh pemainnya secara sebanding dan adil. Ia akan mengatakan apa yang ingin didengar para orangtua namun setelah beberapa kali kalah, maka ia akan lebih banyak membangku cadangkan pemain pemain yang kurang berbakat.Saat itu mungkin lebih mudah bagi orangtua mengambil sikap menunggu dan melihat dulu apa yang akan terjadi namun kekecewaan dan kemarahannya akan berangsur angsur meningkat. Disarankan untuk tidak menunggu lama! Dengan berdiam diri dan menunggu, coach akan merasa bahwa ada persetujuan dari para orangtua atas perubahan filosofi coaching. Berbicaralah baik baik dan secara pribadi dengan coach. Ingatkan dia pada pembicaraan pembicaraan yang lalu sebelum musim dan nyatakan terus terang kekhawatiran yang melanda orangtua. Kalau orangtua dapat meningkat emosinya ketika anaknya berkompetisi, hal yang sama dapat terjadi pada coach. Mereka akan memandang kekalahan regunya sebagai cela dan cacat atas kemampuan dan keahliannya. Akan sangat sulit bagi coach yang kompetitip untuk menjaga olahraga atlit belia agar selalu dalam perspektip yang benar. Dengan berbicara dan mengingatkannya ketika masalah baru timbul dan masih belum parah, maka akan segera terjadi pelurusan untuk kembali ke jalur yang benar.
Jika coach menolak mentah mentah untuk kembali ke filosofi semula, maka orangtua punya beberapa pilihan. Disarankan untuk membawa persoalan ke tingkat yang lebih atas. Boleh jadi tetap tidak terjadi perbaikan, namun sebaliknyapun bisa terjadi. Cari tahulah bagaimana posisi para orangtua yang lainnya. Jika umumnya sepakat cobalah berbicara lagi kepada coach sebagai kelompok untuk menyuarakan kekuatiran para orangtua. Juga cari tahu apa pengaruhnya bagi anak. Mungkin ia masih mau berlatih dan kendatipun ia kecewa karena jarang dimainkan, namun ia ingin bertahan dan tetap bermain disitu. Jika itu perasaan si anak, setidaknya orangtua telah buka suara kepada coach dan kepada tingkatan di atasnya. Sebaliknya jika si anak merasa merana dan tak lagi suka bermain di regu itu, berilah dia kesempatan untuk keluar dari kelompok dan regu itu. Banyak juga orangtua yang mencoba menahan agar anaknya tetap dikelompok yang sama padahal anaknya sudah sangat tidak betah. Orangtua lalu menganggap peristiwa itu sebagai pelajaran hidup yang bagus. Jika si anak benar benar tidak betah dan sangat merana, orangtua wajib mengambil alih beban itu dari pundak anaknya. Beritahu coach bahwa anak itu akan dipindahkan. Beritahu anak bahwa ia sebaiknya tak lagi bermain untuk coach itu. Dengan tindakan itu, si anak lalu merasa bahwa ia tak menyerah, ia hanya menuruti perintah orangtuanya. Isilah kehampaan yang terjadi dengan kegiatan kegiatan keluarga yang dapat dilakukan bersama sama. Jika si anak benar benar suka baseball, maka ia pastikan akan mencobanya lagi tahun depan.
Tak ada jawaban bagaimana cara terbaik menghadapi coach. Orangtua dapat sangat kesal kepada coach, tetapi cobalah untuk tetap tenang dan carilah jalan terbaik demi anak. Ingatlah bahwa kebugaran fisik tubuh dan pembinaan kecintaan berolahraga merupakan aspek terbaik bagi atlit belia. Jangan lupa bahwa mengambil keputusan bukan karena ketidak senangan pihak orangtua. Mencabut anak dari sebuah kelompok/ regu padahal ia masih ingin berada disitu tidak akan membantu si anak dan hubungan kemesraan dengan dia.
• Agar mendapat lebih banyak waktu dapat bersama anak anaknya.
• Membantu dan mendorong anak membentuk pertemanan dan persahabatan.
• Agar anaknya berada di lingkungan yang terawasi dan aman.
• Agar anak anak dapat berlatih dan berolahraga dengan keteraturan yang tinggi.
• Untuk mendapatkan peluang pembinaan keterampilan dan rasa percaya diri bagi anaknya.
Daftar itu baru sebagian kecil saja alasan agar anak dapat bergabung dan terlibat di kegiatan atletis anak anak. Para orangtua pasti amat mencintai putra/putrinya sehingga terbentuk keterikatan emosi yang sangat erat. Mereka tentu ingin membantu anaknya ketika sedang mengalami kegagalan dan akan membelanya jika dia rasa anaknya tidak mendapat perlakuan yang adil. Niat dan tujuan selalu dapat dipastikan baik, namun keterikatan emosi yang kuat itu dapat juga membuat para orangtua bersikap dan bertindak kurang rasionil.
Mawas Diri Memeriksa Perilaku Sendiri
Barangkali banyak orangtua yang ketika meneriaki wasit karena keputusan wasit dipandang merugikan anaknya merasa bahwa ia hanya mendukung dan membela anaknya. Anak acap kali merasa kurang nyaman ketika di hadapan teman temannya orangtuanya menghampiri coach dan menuntut agar anaknya lebih sering dipasang sebagai pemain. Dapat dipastikan bahwa si anak akan merasa dipermalukan oleh perilaku orangtuanya yang seperti itu.
Selain dapat melukai perasaan anak ketika orangtua tidak mampu menguasai emosinya, cobalah memikirkan bagaimana citra keteladanan yang dipertontonkan. Kita - orangtua tentu tak ingin anak kita menentang atau melawan keputusan wasit apalagi menunjukkan sikap kasar atau tidak sopan dimuka umum. Kita juga ingin agar anak anak mampu menguasai diri pada situasi sulit tanpa marah marah dan berteriak teriak. Jika sikap sopan dan ayem itu yang kita ingin ditunjukkan oleh anak kita, maka kita harus juga mampu mengambil sikap yang sama dengan cara yang sama.
Jadilah Orang Sportif
Himbauan ini sesungguhnya lanjutan dari bahasan di atas. Beberapa orangtua selalu ingin menimpakan kekalahan anaknya pada coach atau mengatakan bahwa alasan dia strike out karena wasit membuat keputusan yang keliru total. Hampiran atau pendekatan yang jauh lebih baik adalah dengan membantu anak menguasai rasa kecewanya dan memberinya kembali semangat pantang menyerah dan bahwa mengalami strike out atau kalah dalam pertandingan penting tidak berarti dunia sudah kiamat. Mereka harus diberi pengertian bahwa coach dan wasit akan selalu berusaha sebaik mungkin melakukan peranannya dan ketika bertanding tidak selamanya situasi akan selalu memihak kepadanya. Akan lebih mudah bersikap sportif ketika sedang menang, namun membantu anak menerima kekecewaan dan kekalahan dapat jadi pelajaran yang bagus sekali bagi seorang atlit anak yang masih belia.
Berilah Tekanan Pada Upaya Dan Sikap Atau Perilaku
Orangtua harus menunjukkan kepada anaknya bahwa dia bangga akan upaya dan usaha anaknya yang ditunjukkannya di lapangan. Cara itu sebaiknya dilakukan baik ketika anak bermain bagus ataupun ketika anak membuat banyak kesalahan dan tidak berhasil mendapat pukulan yang membuatnya mencapai base. Jika orangtua hanya memberi sanjungan ketika ia bermain bagus, maka anak itu juga akan menilai dirinya sendiri sama buruknya bahkan dapat lebih buruk lagi.
Tingkat Kompetisi Yang Sesuai Kemampuan
Siapapun juga mendambakan keberhasilan. Jika tingkat kompetisi terlalu berat bagi anak, maka ia dengan cepat akan patah semangat dan kehilangan gairah bermain. Ada banyak pilihan untuk atlit belia berpartisipasi. Cari dan pilihlah kompetisi yang akan memberi peluang anak kita untuk menunjukkan keberhasilannya namun harus tetap mengandung tantangan yang cukup baginya.
Sudah Bukan Lagi Kita
Keberhasilan seorang anak dalam bidang olahraga memang dapat menggairahkan orang tuanya dan bahkan dapat memabukkannya. Orangtua lalu acap berfantasi tentang apa yang mungkin terjadi. Boleh jadi orangtua atlit itu sendiri adalah atlit yang baik dan lalu timbul dipikirannya: “Seandainya aku bekerja dan berlatih lebih keras serta lebih berdedikasi, barangkali aku akan jadi atlit yang lebih cemerlang”. Kejadian berikutnya yang acap kali mudah terjadi adalah orangtua atlit itu dengan begitu saja memindahkan rasa sesal tidak bekerja/berlatih lebih keras itu menjadi rencana kerja untuk anaknya yang berbakat. Orangtua atlit itu lalu merasa memiliki peluang lagi untuk mencapai cita citanya lewat bakat anaknya.
Ketika hal ini terjadi, maka orangtua sudah harus mengamati baik baik keinginan anaknya dan lalu menyesuaikan perilaku dan tindakannya sendiri dengan dambaan dan tujuan anaknya. Secara umum peluang seorang anak terjun ke dunia olahraga profesional memang kecil sekali ataupun memperoleh beasiswa memasuki sebuah perguruan tinggi juga akan kecil juga, namun jika memang dia berhasil mencapai tingkatan itu, maka pastilah bahwa ia peroleh karena keinginan dan dambaan sangat kuat yang ada pada dirinya. Akan tidaklah baik bagi hubungan orangtua-anak jika justru orangtua yang mendorong dorongnya secara berlebihan ke arah itu.
Menghadapi Coach
Akan lebih mudah bagi orangtua bekerja sama dengan coach jika seandainya ia dapat memilih coach yang akan melatih dan mendidik anaknya. Namun bagi kebanyakan orangtua, pilihan itu tidak mungkin diperolehnya. Ketika mendaftar anaknya, maka anak itu akan ditempatkan di sebuah regu yang dilatih seorang coach sukarelawan. Kalau beruntung, anak itu akan mendapat coach yang disiplin, bekerja teratur, sangat mendukung dan pintar mendidik. Namun adakalanya nasib untung itu tidak menghampirinya. Bagaimana cara menghadapi situasi yang tidak beruntung itu? Banyak orangtua menerima keadaan itu dengan harapan tahun depan ia akan mendapat coach yang baik bagi anaknya. Ada juga orangtua yang menunggu sampai dia habis sabar lalu berbicara kepada coach dan menuding hal hal yang salah yang menurut pendapatnya telah dilakukan coach. Kedua cara itu tidak dapat dibenarkan. Bagian berikut akan dijelaskan alasannya.
Libatkan Diri Sedini Mungkin
Pergilah kunjungi latihan latihan lebih awal. Amati apakah latihan itu dilakukan dengan teratur dan terorganisir? Apakah lingkungannya cukup aman menjaga keselamatan anak? Bagaimana coach memberi pelajaran kepada anak anak? Jika tampak ada yang tidak beres, maka kemungkinan besar akan jadi lebih buruk lagi di hari hari mendatang. Bicaralah segera dengan administrator atau atasan coach yang lebih berwenang. Utarakan rasa khawatir dan mintalah agar anak dapat dipindahkan ke regu/ kelompok lain sebelum latihan berikut akan berjalan. Yang berwenang pasti ingin agar coach coach yang terbaik saja yang akan dia pakai. Menunggu sampai akhir musim akan sudah sangat kasip.
Cari tahu juga apa sasaran coach untuk musim berjalan dan bagaimana ia akan memilih pemain yang akan dipasang bermain. Masalah besar acap timbul ketika sasaran dan tujuan coach dengan orang tua tidak selaras. Jika coach hanya mementingkan memperoleh kemenangan, sedangkan orangtua ingin agar anaknya mendapat kesenangan dan kegembiraan, pindahkanlah anak itu ke regu atau kelompok lain. Panjang dan lamanya kesempatan bermain bagi anak juga dapat jadi batu sandungan. Cobalah dengan sejujur jujurnya menilai tingkat keterampilan anak dibandingkan dengan rekan rekan seregunya. Coach pasti akan lebih banyak memainkan anak anak yang keterampilannya paling baik sepanjang musim, jadi akan cukup menyulitkan bagi orangtua dan anaknya yang berkinerja menengah ke bawah. Sekali lagi, cobalah bicara kepada yang berwenang dan beritahulah alasan mengapa ingin memindahkan anak ke regu/ kelompok lain. Jika menunggu sampai turnamen dimulai, kemungkinan besar sudah akan terlalu terlambat.
Berperan Sebagai Coach Tidaklah Mudah
Menjadi coach memang tidak mudah. Mudah saja kita mencela orang ketika kita hanya berdiri saja jadi penonton; lain halnya jika kitalah yang bertugas jadi coach. Sadarilah situasi sulit yang dihadapi coach. Tentu sangat sulit dan hampir tidak mungkin membuat puas semua pihak dan semua orang apalagi para orangtua belasan anak anak usia belia. Banyak situs baseball yang mengulas cara menghadapi orangtua dan banyak pula coach yang lalu berhenti jadi coach karena kesulitan menghadapi orangtua atlit. Orangtua atlit seyogyanya berusaha membantu coach ketika latihan dan praktek lainnya atau ketika bertanding. Dengan membantu bantu coach, maka orangtua mendapat peluang berkomunikasi dengan coach secara teratur dan sekaligus membina hubungan baik dengannya. Hubungan baik itu penting artinya ketika memberi umpan balik kepada coach terutama untuk hal hal yang berjalan kurang baik yang mungkin dapat dibantu oleh pihak orangtua atlit. Coach tidak akan terlalu menyimak keluhan orangtua atlit yang jarang dijumpainya ketika latihan atau ketika ada pertandingan.
Dikibuli!
Terjadi hampir selalu! Orangtua atlit bicara dengan coach dan dia lalu berjanji akan memainkan seluruh pemainnya secara sebanding dan adil. Ia akan mengatakan apa yang ingin didengar para orangtua namun setelah beberapa kali kalah, maka ia akan lebih banyak membangku cadangkan pemain pemain yang kurang berbakat.Saat itu mungkin lebih mudah bagi orangtua mengambil sikap menunggu dan melihat dulu apa yang akan terjadi namun kekecewaan dan kemarahannya akan berangsur angsur meningkat. Disarankan untuk tidak menunggu lama! Dengan berdiam diri dan menunggu, coach akan merasa bahwa ada persetujuan dari para orangtua atas perubahan filosofi coaching. Berbicaralah baik baik dan secara pribadi dengan coach. Ingatkan dia pada pembicaraan pembicaraan yang lalu sebelum musim dan nyatakan terus terang kekhawatiran yang melanda orangtua. Kalau orangtua dapat meningkat emosinya ketika anaknya berkompetisi, hal yang sama dapat terjadi pada coach. Mereka akan memandang kekalahan regunya sebagai cela dan cacat atas kemampuan dan keahliannya. Akan sangat sulit bagi coach yang kompetitip untuk menjaga olahraga atlit belia agar selalu dalam perspektip yang benar. Dengan berbicara dan mengingatkannya ketika masalah baru timbul dan masih belum parah, maka akan segera terjadi pelurusan untuk kembali ke jalur yang benar.
Jika coach menolak mentah mentah untuk kembali ke filosofi semula, maka orangtua punya beberapa pilihan. Disarankan untuk membawa persoalan ke tingkat yang lebih atas. Boleh jadi tetap tidak terjadi perbaikan, namun sebaliknyapun bisa terjadi. Cari tahulah bagaimana posisi para orangtua yang lainnya. Jika umumnya sepakat cobalah berbicara lagi kepada coach sebagai kelompok untuk menyuarakan kekuatiran para orangtua. Juga cari tahu apa pengaruhnya bagi anak. Mungkin ia masih mau berlatih dan kendatipun ia kecewa karena jarang dimainkan, namun ia ingin bertahan dan tetap bermain disitu. Jika itu perasaan si anak, setidaknya orangtua telah buka suara kepada coach dan kepada tingkatan di atasnya. Sebaliknya jika si anak merasa merana dan tak lagi suka bermain di regu itu, berilah dia kesempatan untuk keluar dari kelompok dan regu itu. Banyak juga orangtua yang mencoba menahan agar anaknya tetap dikelompok yang sama padahal anaknya sudah sangat tidak betah. Orangtua lalu menganggap peristiwa itu sebagai pelajaran hidup yang bagus. Jika si anak benar benar tidak betah dan sangat merana, orangtua wajib mengambil alih beban itu dari pundak anaknya. Beritahu coach bahwa anak itu akan dipindahkan. Beritahu anak bahwa ia sebaiknya tak lagi bermain untuk coach itu. Dengan tindakan itu, si anak lalu merasa bahwa ia tak menyerah, ia hanya menuruti perintah orangtuanya. Isilah kehampaan yang terjadi dengan kegiatan kegiatan keluarga yang dapat dilakukan bersama sama. Jika si anak benar benar suka baseball, maka ia pastikan akan mencobanya lagi tahun depan.
Tak ada jawaban bagaimana cara terbaik menghadapi coach. Orangtua dapat sangat kesal kepada coach, tetapi cobalah untuk tetap tenang dan carilah jalan terbaik demi anak. Ingatlah bahwa kebugaran fisik tubuh dan pembinaan kecintaan berolahraga merupakan aspek terbaik bagi atlit belia. Jangan lupa bahwa mengambil keputusan bukan karena ketidak senangan pihak orangtua. Mencabut anak dari sebuah kelompok/ regu padahal ia masih ingin berada disitu tidak akan membantu si anak dan hubungan kemesraan dengan dia.
Langganan:
Postingan (Atom)